Koruptor Ambil Andil akan Kenaikan Tarif BBM

Adinda Rahmadhani
Adinda Rahmadhani/Mahasiswa Universitas Mulawarman/Prodi Ilmu Komunikasi When journalism is silenced, literature must speak. Because while journalism speaks with facts, literature speaks with truth.
Konten dari Pengguna
24 September 2022 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Rahmadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Adinda Rahmadhani
Sumber: Adinda Rahmadhani, Salah Satu Akibat dari Tindak Korupsi yang Merajalela di Indonesia
Sebuah pepatah menyambut para pembaca, ”Lestarikan sumber daya kamu, dan jangan biarkan orang lain melakukan apa yang mampu kamu lakukan sendiri!” –Dr. Maoshing Ni.
ADVERTISEMENT
Jika enggan mengolah sumber daya sendiri maka siaplah suatu negara akan kemelaratan, kalau yang barusan ini adalah pepatah dari penulis. Mengapa begitu? 77 tahun Negara ini merdeka tetapi kerap melanggengkan problematika yang itu-itu saja, demonstrasi sekali lagi terjadi di bawah komando mahasiswa. Tiap tahun permasalahan harga sembako, BBM, dan segala rupa perminyakan seakan dilakonkan, sewaktu-waktu terjangkau, seringkali pun memekik. Tarif yang dianggap tidak stabil ini melatar belakangi kesenjangan sosial yang merebak. Siapa sangka suatu tatanan masyarakat dipengaruhi oleh kenaikan tarif dari dua hingga tiga ribu, jika di lihat secara subjektif tentu angka tersebut tidak terlalu memicu atensi masyarakat, tetapi bagaimana jika sesuatu yang kecil tersebut mampu mempengaruhi suatu yang besar berupa Negara.
ADVERTISEMENT
Pepatah lain pun mengganjal di kepala saya, “Sedikit-dikit lama-lama jadi bukit.” Baik itu yang dimaksud adalah usaha yang terus-menerus pasti akan membuahkan hasil yang bagus. Sayangnya pepatah ini saya tujukan untuk subsidi yang akan dan terus melonjak naik. Sebenarnya apa yang melatar belakangi problematika yang kian mengusik kesejahteraan rakyat?
Tak akan dan pernah bosannya saya menyuarakan bahwa sudah saatnya Indonesia mengolah sumber daya alamnya sendiri. Apa yang tidak ada di Indonesia? Sumber daya seperti apa yang tidak dimiliki Indonesia? Jika ingin sombong, Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam terbesar di dunia tapi kembali dihantam realita bahwa sumber daya alam yang kaya itu tak mampu juga dikelola sendiri.
ADVERTISEMENT
Kalau yang disalahkan adalah sumber daya manusianya, kembali saya tanyakan tunjangan ataupun dana yang harusnya dilarikan ke bidang pendidikan guna menyiapkan serta menunjang kualitas sumber daya manusia yang terlatih dan memadai dilarikan ke kantong siapa ya? Hehe.
Butuh berapa lama lagi untuk Indonesia bergantung dengan suntikan dana dari negara-negara lain yang fakta adanya bahwa sepersekian itu tidak diberikan secara cuma-cuma. Butuh berapa banyak lagi Indonesia menggadaikan potensinya pada negara lain yang secara terang-terangnya mengeksploitasi dengan keuntungan sepihak. Lihat sekarang, bukannya semakin untung malah dibuat buntung. Apa lagi kalau bukan faktor relasi kuasa, apa lagi kalau bukan menguntungkan kapitalis, siapa lagi kalau bukan merugikan proletar.
Pembahasan teramat kompleks ya rekan-rekan sekalian, baiklah tanpa mempropaganda pikiran siapa pun, penulis ingin membuka pandangan pembaca dengan mengulik sebab musabab dari kacamata pihak yang ditentang, yaitu pemerintah. Menteri keuangan kebanggaan Indonesia, Ibu Sri Mulyani, kembali menegaskan dalam suatu wawancara alasan mengapa tarif BBM melejit, sehingga masyarakat beranggapan bahwa sistem ekonomi Indonesia sedang tidak stabil.
ADVERTISEMENT
Baik, kita ulas satu persatu. Ibu Sri Mulyani menjelaskan bahwa walaupun harga minyak dunia mengalami penurunan, besarnya tidak akan cukup untuk meredam jebolnya anggaran subsidi dan kompensasi energi yang ditanggung pemerintah sebesar Rp. 502,4 triliun dari awalnya Rp. 152,2 triliun, jauh lebih melejit. Apa yang menyebabkan jebolnya anggaran subsidi bahkan walaupun harga BBM sudah di tarif tinggi? Sebab nilai mata uang Indonesia yang jauh di bawah Amerika Serikat sebagai negara pengekspor bahan bakar minyak ke Indonesia, menurut Paramadina Public Policy Institute, negara yang memiliki mata uang lebih tinggi akan memilliki produk ekspor yang lebih mahal dan akan menerima harga produk impor yang lebih murah. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mengacu pada Indonesia crude Palm (ICP) kini di US$ 150 dan kurs Rupiah 14.700 per dolar AS, maka wajar saja jika harga pertalite berada di tarif RP. 14.450 per liter.
ADVERTISEMENT
Sehingga tidak heran jika penerapan kebijakan seperti apapun tidak akan pernah cukup menutupi pembengkakan subsidi dan kompensasi energi. Wong kurs rupiah saja sudah melemah padahal kurs rupiah merupakan salah satu indikator kekuatan ekonomi negara Indonesia ditambah lagi Indonesia berada di wilayah strategis perdagangan nasional yang berperan penting dalam pasar global. Mustinya dengan tersedianya sumber daya alam yag lebih dari cukup ditambah wilayah yang strategis, Indonesia bisa jadi negara paling maju, bukan?
Tidak hanya itu, alasan berupa dimensi sosial penata (structural instrument) di luar kendali pemerintah Indonesia berupa ketetapan Presiden Amerika Serikat yang telah mengumumkan tentang pelarangan impor minyak, gas, dan komoditas energi lainnya dari Rusia sebagai salah satu bentuk hukuman untuk Negeri pimpinan Vladimir Putin ini. Yang mengakibatkan harga bahan bakar minyak di AS turut melambung dan berdampak pula ke negara Indonesia sebagai pihak pengimpor minyak dari AS.
ADVERTISEMENT
Rekomendasi paling efektif, tidak lain adalah berhenti menjadi negara pengekor berkedok menjalin mitra, mulai berani mengelola sumber daya secara mandiri baik alam maupun manusianya dengan berupaya memperbaiki struktur sosial bahkan tatanan pemerintahan salah satunya dengan mengesampingkan kepentingan pribadi dengan praktik-praktik koruptif dan sebagainya yang mampu mempengaruhi kondisi komponen sosieti, parahnya praktik seperti itu mampu memblokade pembangunan di seluruh bidang disebabkan dana yang tidak tersalur secara jujur, khususnya di bidang pendidikan sebagai penunjang negara Indonesia yang mandiri dalam mengelola sumber daya alam.
Koruptor juga memegang kendali akan kemerosotan nilai mata uang rupiah, dengan adanya penyelewengan dana, selain tidak dapat menyalurkan dana ke bidang-bidang yang berhak akan itu, sikap koruptif mampu membengkakkan utang luar negeri, yang digadang-gadangkan dipergunakan untuk menutupi kekurangan dana akibat penyelewengan dalam pembangunan di segala bidang. Bahkan tahun 2021 pemerintah memiliki sejumlah hutang yang bahkan telah jatuh tempo sebesar 160 triliun ( sudah dengan bunga).
ADVERTISEMENT
Hal ini menyebarluas pada segala aspek ekonomi, sebab hasil korupsi tidak disimpan di bank-bank dalam negeri karena kekuatan yang besar oleh pemeriksaan PPATK, disinyalir para pejabat Indonesia mengalirkan uang miliaran dolar ke bank-bank di luar negeri setiap tahun.
Ternyata oh ternyata, kamu ketahuan, setelah kita ulas satu persatu, bagaimana pun sudut pandangnya, darimana pun kita mengulas, dalangnya adalah para pemegang kepentingan berkedok jabatan. Seluruh mata tertuju padamu, pak tikus berdasi.
Mencuri sedikit lama-lama jadi banyak,
Mencuri sesekali lama-lama jadi nagih,
Upayakan hidup masyarakat yang layak,
Alhasil Indonesia mampu bersinergi.
Sekian dan terima kasih.