Krisis Hidup dan Bagaimana Menangani Ketidakberartian

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
Konten dari Pengguna
23 Januari 2024 10:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Jika mazhab Anda meng-highlight kata-kata keren nan cerdas, then be prepared to highlight the whole book!” ungkap Dewi Sandra dalam testimoninya pada buku Rene Suhardono dan Tutus Widayanti. Buku yang berjudul “Life Crisis: How to Deal with Meaninglessness” ini merupakan karya kedua dari tujuh karya Rene yang mereka tulis bersama-sama. Buku ini membahas krisis hidup dan bagaimana menangani ketidakberartian. Krisis hidup sendiri merupakan fase dalam kehidupan di mana kita menghadapi perubahan besar dan ketidakstabilan. Pada fase ini, kita mungkin merasa terjebak, bingung, bosan, bimbang, atau tidak puas dengan situasi hidup saat ini.
Buku Life Crisis: How to Deal with Meaninglessness. Sumber: Dokumentasi pribadi
Fase krisis itu kemudian sederhananya kita sebut sebagai masalah. Selama masih diberi kesempatan bernapas dan menjalani kehidupan ini maka masalah, problem dan krisis akan selalu terjadi. Masalah tidak mengenal usia, gender, status pernikahaan, atau status sosial. Siapa pun, kapan pun, dan dimana pun pasti mengalami masalah (Hal.34).
ADVERTISEMENT
Masalah biasanya berasal dari faktor internal (diri sendiri) ataupun eksternal (di luar diri kita alias orang lain atau lingkungan). Faktor eksternal umumnya di luar kendali kita, misalnya dibohongi, dimaki, di PHK, pandemi, dan sebagainya. Faktor internal umumnya di bawah kendali kita. Faktor internal seringkali dipicu oleh kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Di era digital para pengguna media sosial melakukan perbandingan dengan siapa saja, dimana pun, dan kapan pun. Misalnya orang mempermasalahkan “enaknya ya jadi Youtuber, sekali unggah, bisa ribuan bahkan jutaan yang like” sementara ia posting konten yang dibuatnya dengan susah payah namun hanya segelintir orang yang menyukai unggahannya. Orang-orang di media sosial nampak cantik dengan kulit putih yang mulus tapi mengapa ia berkulit gelap dan kurang menarik. Teman-teman di media sosial nampak bahagia dengan keluarganya, makan di berbagai restoran, sering jalan-jalan, bahkan ke luar negeri. Berbagai perbandingan diri dengan orang-orang yang tampil di media sosial pun kadang-kadang tidak terelakkan. Ironinya, hal tersebut menjadi masalah atau dipermasalahkan.
ADVERTISEMENT
Sejatinya masalah bukan terletak pada peristiwa, kejadian, situasi, perasaan atau apa pun yang kita klaim sebagai problem. Namun, pada cara pandang terhadap problem tersebut. Masalah akan terus muncul silih berganti hingga tarikan nafas terakhir.
Buku ini dilengkapi dengan contoh kisah bagaimana Nelson Mandela mengelola masalah. Kutipan yang menarik dari kisah Mandela ini yaitu ketika secara sadar Mandela memilih untuk tidak tunduk pada masalah. Tunduk pada masalah artinya membiarkan diri dikuasi oleh masalah, dikendalikan oleh emosi ekstrim. Mandela tidak melakukan balas dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya. Sebaliknya, Mandela memaafkannya walaupun sangat sulit dan berat, kemudian mengajak orang-orang yang menyakiti dirinya untuk memperbaiki keadaan. Ia berusaha menjadi bagian dari lingkungan yang baik. Jika tidak ada, maka ia akan menjadi diri baik bagi lingkungan (Hal. 30-32).
Kutipan dalam buku Life Crisis: How to Deal with Meaninglessnessris. Dokumentasi pribadi
Buku kedua dari tujuh seri Your Job is Not Your Career ini terasa sentuhan spiritualnya. Sejatinya krisis hidup adalah kesempatan untuk mengenal, melatih, dan memperbaiki diri. Sehingga, keberhasilan melalui krisis bukan ditandai dengan sukses dalam pengertian sempit. Bukan status hebat karena mampu mengatasi krisis seorang diri atau pada kemampuan menjadikan diri daya, berpengaruh dan terpandang. Bukan itu. Krisis adalah pemberian istimewa untuk Anda, saya, dan kita semua. Pemberian dari Dia dengan pengetahuan menyeluruh tentang segalanya. Dia yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Allah Sang Maha Mengetahui dan Maha Mengatur. Pemberian-Nya untuk memunculkan potensi diri terbaik dalam diri. Pemberian-Nya agar kita terus bertumbuh kembang secara optiml (Hal. 40-41)
ADVERTISEMENT
Benar apa yang dikatan Dewi Sandra. Setiap kalimat sangat bermakna dan bermanfaat. Menyarikan buku Rene bisa jadi akan menyalin ulang seluruh isinya. Untuk lebih jelasnya, membaca sendiri bukunya akan jauh lebih baik. Buku ini juga disertai latihan dan perenungan. Setelah membaca buku ini kita bisa mengingat kalimat bijak: