Siklus Kehidupan Finansial

Ade Nurhidayah
Bachelor of Economics Education - State University of Jakarta, Certified of Associate Wealth Planner, Contributing Author of Anthology Book
Konten dari Pengguna
12 Maret 2024 16:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi pasangan suami istri sedang melakukan evaluasi finansial rumah tangga. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi pasangan suami istri sedang melakukan evaluasi finansial rumah tangga. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang tentu punya tujuan, target, juga prioritas dalam hidup. Termasuk dalam hal ini adalah finansial. Starting point yang tidak selalu sama, tapi barangkali tujuan akhir kita sama, ingin hidup sejahtera dan mati masuk Surga. Dengan usia kita yang sudah ditentukan batasnya, tentu kita harus mengoptimasi waktu yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Waktu untuk bermain, belajar, bekerja, juga menikmati hari tua. Jika kita asumsikan, bahwa Angka Harapan Hidup (AHH) ialah 72 tahun. Angka ini sesuai dengan yang tercatat pada data BPS 2022. Maka, setiap orang memiliki waktu sebanyak 25.920 hari.
Dengan waktu tersebut, kita bisa bagi menjadi empat kuarter. Di fase pertama, yakni 6.000 hari pertama. Kita diberikan waktu untuk belajar, bermain, juga mengenali dunia sekitar. Di waktu ini bisa dibilang kita masih sangat bergantung seluruhnya pada orang tua, termasuk juga dalam hal finansial. Segala kebutuhan dan keinginan masih dipenuhi oleh orang tua kita.
Keuangan dalam Siklus Hidup Manusia
Kemudian masuk di fase kedua, 6.000 hari berikutnya. Masa di mana man at work, ketika kita sudah mulai masuk fase remaja/dewasa awal, sudah mulai berkarier, sudah bisa menghasilkan uang, juga sudah bisa mengelolanya, begitu seharusnya. Kemudian di fase ketiga, ialah momen man at work sekaligus juga money at work. Di fase ini bukan lagi kita yang bekerja, tapi juga uang bekerja untuk kita melalui instrumen investasi yang kita punya.
ADVERTISEMENT
Jadi idealnya ketika memasuki fase kedua dan ketiga ini kita sudah mampu mengelola uang, mampu menyisihkan seminimalnya untuk saving. Kemudian fase selanjutnya, 6.000 waktu terakhir, di masa pensiun, idealnya kita sudah bisa menikmati hasil dari cara kerja uang. Jadi bukan lagi kita yang bekerja untuk uang, tapi uang yang bekerja untuk kita.
Bagaimana kemudian kita bisa mencapai tujuan finansial kita dengan waktu yang sudah diasumsikan tadi? Begini, umumnya usia 20 tahun menjadi starting point untuk mulai berkarier dan membangun pondasi keuangan. Meski tidak menutup kemungkinan juga di usia 20 tahun ini justru ada yang sudah mencapai posisi financial freedom. Nah, untuk usia 20 tahun yang baru saja memulai karier, mulai merasakan gaji pertama, akan banyak sekali muncul godaan untuk self reward dan keinginan untuk spending ketimbang melakukan saving.
ADVERTISEMENT
Maklum saja, baru merasakan jadi seorang yang independen dalam menghasilkan uang, jadi merasa bebas untuk menggunakannya. Padahal, di usia ini justru jadi waktu produktif kita untuk mengumpulkan kekayaan. Usia yang masih muda, waktu yang cukup fleksibel, dan barangkali juga belum menikah jadi tanggungannya pun tidak begitu banyak. Idealnya di usia awal berkarier ini, kita sudah mulai punya rencana keuangan, minimalnya jangka pendek mungkin 3 – 5 tahun ke depan. Alokasi pos keuangan tabungan dan investasi, dana darurat, juga asuransi, seminimal mungkin sudah dimiliki.
Kemudian masuk di fase ketiga, dikisarkan usia 30-40 tahun. Pondasi keuangan yang sudah lebih terbentuk, seiring dengan penghasilan yang sedikit demi sedikit meningkat. Hidup yang sudah berkeluarga, tentu perhitungan tanggungan pun sudah berbeda. Pada fase ini, tentunya akan dituntut untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan. Termasuk juga mengelola asset yang sudah dibentuk sejak awal. Pada fase ini juga, idealnya kita sudah punya passive income.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya mengandalkan penghasilan dari waktu bekerja kita, tetapi bisa mengandalkan uang yang juga bisa bekerja untuk kita. Pada intinya, harus on the track dengan dana pensiun, tidak lupa juga untuk melipatgandakan kekayaan untuk biaya pendidikan anak, dan memperbanyak dana darurat. Umumnya di fase ketiga ini, akan muncul pos-pos pengeluaran tak terduga. Jadi perbanyaklah bentuk likuid untuk dana darurat.
Fase terakhir, mungkin bisa kita sebut sebut fase pensiun. Ketika usia semakin tua dan kondisi tubuh juga barangkali sudah tak mendukung untuk bekerja seperti biasanya. Pensiun dapat dimulai di usia berapa saja. Beberapa orang memulai pensiun sebelum usia 55 tahun. Ada juga yang 60 tahun. Poinnya adalah, satu tahun sebelum pensiun, periksalah saldo dana pensiun kita.
ADVERTISEMENT
Apakah cukup memadai untuk menghidupi gaya hidup yang diinginkan untuk 30 tahun ke depan? Bila tidak, coba sesuaikan gaya hidup kita dengan saldo dana yang tersedia di masa pensiun. Pastikan dana pensiun yang kita punya tidak tergerus inflasi, tidak juga habis lebih dulu, sehingga kita justru harus ditanggung generasi yang selanjutnya.
Tetaplah kendalikan kondisi keuangan, tetaplah buat perencanaan keuangan. Karena merencanakan keuangan saat kita tidak lagi berpenghasilan, merupakan tantangan yang lebih besar. Sebab pada saat itu kita hanya bisa memanfaatkan sisa asset yang dimiliki.