Era Post-Truth: Sifat Manipulatif, Toxic Relatiation, dan Kesehatan Mental

Adelin Aprilia
Fresh Graduate S1 Psikologi UMSurabaya
Konten dari Pengguna
4 Juli 2023 14:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adelin Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan zaman semakin mempengaruhi kemajuan teknologi dan informasi yang berdampak pada kebiasaan masyarakat dalam menyikapi perkembangan yang tengah terjadi, kemajuan teknologi dan informasi sangat mempengaruhi dalam hal kominikasi, dimana kemudahan teknologi dan informasi dapat diakses dengan platfoam media sosial yang dapat memudahkan masyarakat bertukar kabar sampai memantau kegiatan jarak jauh dengan mudah dan efisien. Adanya kemudahan tersebut juga mempengaruhi sikap seseorang dalam menjalin hubungan
ADVERTISEMENT
Memasuki era post-truth, kebenaran tidak lagi disepakati dan diterima secara umum karena masyarakat seringkali lebih memilih mengabaikan fakta-fakta obyektif. Dengan kata lain, setiap orang memiliki versi kebenaran masing-masing dalam memandang dan menyimpulkan informasi, yang dipengaruhi oleh aspek emosional dan keyakinan pribadi. jika dikaitkan dengan sikap individu yang manipulaif, pada era ini sering terjadi kesalah pahaman dikarenakan sifat negatif tersebut.
Dokumen pribadi edit by Canva
Mengutip dari American Psychological Association manipulatif merupakan taktik atau upaya yang dilakukan seseorang guna mendapatkan kendali atas orang lain, dalam rangkan memperoleh apa yang diinginkan. Sifat ini menjadi buruk dikarenakan merugikan orang lain dan hanya menguntungkan diri sendiri, manipulatif menjadi salah satu cara agar dapat menciptakan hubungan sesuai dengan apa yang diinginkan hal tersebut dapat mempengaruhi emosi bahkan mental seseorang, perilaku ini sering menggunakan kelemahan seseorang agar dapat dimanfaatkan bahkan mengontrol korbannya.
ADVERTISEMENT
Sifat manipulatif atau yang lebih dikenal dengan istilah gaslighting merupakan suatu bentuk pelecehan emosional dalam suatu hubungan yang membuat seseorang mengalami keraguan, penilaian negatif, serta kemampuan terhadap dirinya sendiri. Biasanya, seseorang dengan sifat manipulatif akan merasa perilaku serta perasaan yang mereka alami menjadi suatu kebenaran yang paling mutlak.
Sifat manipulatif dapat dimiliki siapa saja, tanpa kita sadari setiap orang pernah menggunakan sikap manipulatif untuk untuk memenuhi presepsi atau reaksi orang lain, bahkan pada seseorang yang merasa dirinya tidak manipulatif, bedanya sifat manipulatif yang terus menerus tidak disadari dan dilakukan berulang dapat menyebabkan gangguan dan terus berupaya agar tetap menyenangkan dirinya dengan bersifat manipulatif. Seorang manipulator emosional menggunakan cara-cara yang dapat merugikan orang lain dengan memanipulasi keadaan, membalikkan fakta yang biasa digunakan agar korba merasa cara yang ia lakukan tidak rasional dan memilih untuk menyerah. Beberapa cara yang dilakukan manipulator diantaranya, selalu merasa bersalah, mengeluh, menyalahkan keadaan, suka berbohong, membanding-bandingkan, sampai mempermainkan pikiran seseorang.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana mengenali seseorang yang manipulatif? Kita bisa mengamati dari ciri-ciri diantaranya, Suka menyangkal, berbohong, mengintimidasi dan bertindak seakan-akan menjadi korban, egois, mengambil keuntungan dari orang lain, bersikap pasif-agresif. Beberapa alasan seseorang menjadi manipulatif dikarenakan memiliki trauma masalalu, pola parenting yang keliru, takut kejilangan kendali atas orang lain hingga gangguan kepribadian.
Seseorang dengan sikap menipulatif memang sulit dibedakan dan sulit pula dihidari, sehingga sering terjadi hubungan yaang tidak sehat dan terkesan merugikan, sehingga penting diketahui sikap manipulatif yang dapat memicu hubungan tidak sehat, diantaranya
1. Memberikan Silent Treatment
Tindakan ini dilakukan seseorang guna memberikan efek jera terhadap pasangan dengan tujuan agar pasangan dihantui rasa bersalah dan merasa dirinya tidak penting.
ADVERTISEMENT
2. Melakukan Guilt Tripping
Guilt tripping merupakan istilah yang digunakan dalam membuat orang lain merasa bersalah dan merasa dirinya rendah. Istilah ini juga menunjukkan sikap yang sering menyalahkan orang lain.
3. Sering Memutarbalikkan Fakta
Sikap seperti ini tentu menjadikan hubungan tidak sehat, karena seseorang dengan sikap manipulatif selalu merasa benar dengan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya terjadi, sehingga pasangan menjadi tersudutkan.
Sehingga dari adanya sifat manipulatif ini dapat memicu terjadinya toxic relatationship yang merugikan, dimana dalam sebuah hubungan salah satu pasangan tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus dari pasangannya, dikarenakan sifat manipulatif yang ingin mendominasi dan mengekspoitasi pasangannya dengan dalih cinta. hal ini semakin marak dan kian menjadi kebiasaan pasangan yang sebetulnya belum siap menjalin kehidupan rumah tangga, dikarenakan pola pikir yang ditanamkan belum sepenuhnya matang sehingga cenderung menguntungkan sebelah pihak.
ADVERTISEMENT
Kondisi toxic relatationshi pada pasangan yang manipulatif tentu berdampak pada kesehatan mental individu, dimana individu harus menghadapi serangan psikologis yang tidak terlihat secara fisik, namun merugikan dimana ia harus bertahan dan sulit keluar dari lubang kebodohan, untuk mengenali pasangan yang manipulatif dalam sebuah hubungan alangkah baiknya kita harus mewaspadai hal-hal berikut, diantaranya :
Pasangan yang manipulatif memiliki seribu cara dan alasan agar pasangannya tetap tunduk dan takluk dengan ucapan dan tindakannya, bahkan ketika kebohongannya tebongkar mereka tidak segan menuduh dan memutar balikkan fakta sehingga terkesan pasangannya yang bersalah.
Hal ini banyak terjadi dalam toxic relatationship dimana seseorang yang manipulatif akan mencari cela kekurangan pasangannya dan menjadikannya senjata untuk menyudutkan hingga pasangan terkesan selalu melakukan kesalahan
ADVERTISEMENT
Sifat manipulatif yang diterapkan dalam satu hubungan dapat membuat salah satu pasangan mengalami perasaan insecure. Hal ini terjadi karena pasangan selalu menyalahkan dan mengontrol setiap hal yang akan dilakukan.
Penting diketahui bahwa sifat manipulatif serta toxic relatationship memiliki dampak dan pengaruh yang besar pada kesehatan mental seseorang, sehingga menjadi penting menjaga kewarasan mental dari sifat dan hubungan yang negatif dan merugikan.