Setahun acehkini: Pesta Sederhana Bersama Rekan

Konten Media Partner
21 Februari 2020 23:02 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menu makan kami. Foto: Suparta
zoom-in-whitePerbesar
Menu makan kami. Foto: Suparta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak pekan pertama Februari 2020, grup whatsapp redaksi acehkini telah riuh membahas jadwal peringatan setahun kehadiran media startup partner kumparan di Aceh ini.
ADVERTISEMENT
Tujuh orang kru di grup memberikan pandangannya masing-masing. Sebagian dari kami menyebut postingan pertama di website sebagai hari kelahiran. Namun sebagian lainnya mengusulkan tanggal dikeluarkannya mandat resmi sebagai media partner oleh Pemimpin Redaksi kumparan kepada acehkini.
Di tengah perdebatan pemilihan tanggal itu, tiba-tiba Habil teringat tanggal cantik di Februari tahun ini. Iya, tanggal 20-02-2020. Ketika tanggal cantik ini diusulkan, penghuni grup kemudian mengetuk palu sebagai tanda setuju. Biar meriah, sang desainer kami, Edi IP menyiapkan desain gambar setahun acehkini.
Desain Edi IP
Berbilang hari setelah pembahasan di ruang rapat daring itu, persiapan menuju kiniversary --istilah untuk setahun anniversary acehkini-- terus dilakukan. Jelang hari H, kami sesekali menggelar pesta kecil-kecilan dengan menyantap durian.
Hingga tibalah pada hari yang dinanti, pada Kamis (20/02/2020). Ketika langit biru cerah dan matahari baru saja bangun dari ufuk timur, Suparta atau yang dikenal seantero Indonesia sebagai Ucok begitu semangat bergegas ke sebuah warung kopi di bilangan Lampineung, Kota Banda Aceh.
ADVERTISEMENT
Saat jarum jam baru saja menyentuh angka delapan, dia sudah semeja dengan CEO acehkini, Adi Warsidi. Sembari menyeruput kopi robusta khas Aceh, keduanya membahas persiapan acara kiniversary yang dihelat malamnya di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh.
Belakangan, sosok penggemar berat Persiraja yang juga editor acehkini, Husaini Ende, turut bergabung ke sana. Pagi itu, undangan kiniversary sudah disebarkan melalui grup-grup pesan daring, suara telepon, atau mulut ke mulut secara langsung.
Menyiapkan nangka muda untuk menu campur bersama daging kambing. Dok. acehkini
Rencananya, kiniversary dihelat secara sederhana di Jalan Angsa 23. Alamat Kantor AJI Banda Aceh, yang kami pakai sementara untuk bermarkas.
Di waktu bersamaan, seekor kambing sedang disembelih. Daging kambing itu kemudian dipotong-potong kecil-kecil. Jauh-jauh hari, Ucok telah memesan seekor kambing berukuran besar tersebut. Di Aceh, sangat tak lengkap rasanya jika sebuah pesta tanpa makan daging.
ADVERTISEMENT
Siangnya, Adi Warsidi, Ucok, dan Habil Razali menuju ke Pasar Lambaro, Aceh Besar. Mereka mengambil bumbu untuk gulai kambing yang telah dipesan sejak pagi. Tempat penggilingan bumbu itu telah menjadi langganan Ucok.
Memang citarasa gulai kambing atau Kuah Beulangong sangat bergantung pada bumbu. Apalagi jika bumbu itu ditambahi sedikit campuran "khas Aceh", maka keempukan daging sangat lezat disantap.
Setelah mengambil bumbu, mereka bergeser ke Kantor AJI Banda. Di sana, sebuah belanga besar telah menanti usai diantar tukang becak. Ukuran belanga berdiameter sekitar 1,5 meter. "Ukuran belanganya bukan untuk seekor kambing, tapi seekor lembu," gerutu Ucok.
Mengaduk kuah beulangong. Dok. acehkini
Sekitar pukul 16.00 WIB, matahari mulai bergerak menurun ke ufuk barat. Tetapi teriknya masih terasa ketika Ucok dibantu Husaini menata tungku perapian di halaman Kantor AJI Banda Aceh.
ADVERTISEMENT
Sejurus kemudian belanga diletakkan di atas tungku, meski api belum menyala. Lalu potongan daging kambing ditumpahkan ke dasar belanga hitam itu. Berikutnya giliran bumbu satu persatu dituangkan.
Sekarang giliran tangan Husaini yang bekerja layaknya mesin: mengaduk-aduk bumbu hingga merata. "Tangan terasa panas," kata Husaini. Padahal api belum menyembul dari tungku. "Inilah orang Aceh, masakan bisa matang meski tanpa api," balas Habil sambil bercanda.
Menu kuah beulangong. Foto: Dek Pan
Ketika detik-detik jelang api membakar belanga itu, fotografer acehkini, Ahmad Ariska, menapaki tanah halaman Kantor AJI Banda Aceh. Kedatangannya kemudian disusul videografer kami, Windy Phagta bersama istrinya Rizki Maulida yang baru saja pulang dari China setelah Virus Corona merebak.
Ketika matahari mulai terbenam ditelan malam dan kumandang azan Magrib saling bersahutan, satu persatu tamu mulai berdatangan ke lokasi. Rombongan pertama yang tiba adalah pasukan Pos Monyet. Mereka merupakan jurnalis-jurnalis muda yang bertugas di Aceh.
ADVERTISEMENT
Usai Magrib, tamu-tamu yang lain juga mulai tampak satu persatu. Tamu-tamu yang diundang ialah orang-orang yang selama 12 bulan belakangan menjadi narasumber, mitra, dan pembaca setia acehkini.
Memberi sambutan sebelum makan. Foto: Muhadzdzier
Sekitar pukul 20.30 WIB, Ucok memberi kode bahwa Kuah Beulangong telah matang. Adi Warsidi sigap menyambutnya dengan memberikan kata sambutan singkat di hadapan sekitar 100-an orang yang hadir.
Di bawah cahaya lampu yang sedikit temaram, Adi mengucapkan terima kasih terutama kepada pembaca setia. Ia lalu memimpin pembacaan doa sebagai rasa syukur selama berada di balik layar acehkini setahun ini.
Selanjutnya, tamu-tamu dipersilahkan menyantap hidangan Kuah Beulangong daging kambing. Mereka bergegas mengambil piring, mengisinya dengan nasi, dan terakhir ditutupi potongan-potongan daging kambing yang empuk dengan bumbu khas Aceh.
ADVERTISEMENT
Dari tamu-tamu tersebut, sangat banyak pesan dan harapan untuk acehkini dalam meniti jalan berliku memberitakan informasi Aceh kepada dunia. Misalnya, tetap menjaga daya kritis memberitakan suatu peristiwa dan selalu menceritakan makna-makna di balik sebuah tragedi.
Untuk perjalanan setahun ini, terima kasih kami kepada pembaca. Selamat kiniversary pertama, terus tumbuh bersama kumparan. []
Tamu mencicipin hidangan. Foto: Muhadzdzier