Sejarah 8 Februari 2007: Irwandi Dilantik, Gubernur Aceh Pertama Usai Perang

Konten Media Partner
8 Februari 2021 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh pada 8 Februari 2007. Mereka mencatat sejarah, pemimpin dari jalur independen, setelah konflik Aceh berakhir.
Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar saat pelantikan, 8 Februari 2007. Foto: Hasbi Azhar/Majalah Aceh Magazine
Menang dalam Pilkada Aceh yang digelar 11 Desember 2006, dengan 38,20 persen suara, Irwandi – Nazar tiba ke gedung parlemen Aceh sekitar pukul 09.00 WIB. Baju kebesarannya putih-putih. “Selamat bang,” “Selamat pak,” para tamu berebutan memberi ucapan.
ADVERTISEMENT
Bahkan ada yang mencoba memeluk erat, tanpa sungkan. Seakan mereka begitu akrab dengan orang yang dulunya dicibir sebagai pemberontak.
Hampir bersamaan, beberapa mantan panglima GAM hadir. Tampak Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) GAM Muzakkir Manaf, Juru Bicaranya (saat itu) Sofyan Dawood dan beberapa mantan panglima wilayah lainnya. Semuanya dengan baju safari hitam-hitam, ada juga yang dilengkapi dasi.
Mewakili kalangan petinggi GAM, Perdana Menteri, Malek Mahmud Al Haythar tak ketinggalan. Sang Mentroe sempat menjadi lawan politik Irwandi – Nazar saat awal Pilkada dulunya. Beliau dan sejumlah petinggi GAM lainnya memberikan dukungan kepada Humam Hamid – Hasbi Abdullah yang maju dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pilkada memecahkan para kombatan dalam dua kubu.
(Dari kiri ke kanan) Irwandi Yusuf, Hasbi Abdullah dan Humam Hamid, saat deklarasi Pilkada Damai 2006. Foto: Adi Wwarsidi
Pukul 09.50 Wib, sidang dibuka langsung Ketua DPRD Aceh, Sayed Fuad Zakaria. Sebelumnya ada pembukaan dan membaca ayat suci Al-Qur’an oleh sesuai protokoler, disambut dengan nyanyian Indonesia Raya. Irwandi dan Nazar khidmat, Mulutnya komat-kamit mengikuti irama.
ADVERTISEMENT
Dalam pidato pembukaan sidang pelantikan gubernur 2007-2012 itu, Sayed berujar, “Pilkada di Aceh bukan peristiwa biasa. Ini dapat menjadi contoh proses perdamaian dan demokrasi bagi daerah lain."
Sesaat kemudian giliran Hasan Basri, Sekretaris DPRD Aceh membacakan surat keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bernomor 3/P/2007. Dalam surat tersebut dinyatakan pemberhentian dengan hormat pejabat gubernur Mustafa Abubakar.
Selain itu, mensahkan Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar sebagai gubernur dan wakil gubernur Aceh selanjutnya. "Diberikan gaji pokok sesuai undang-undang yang berlaku," tulis SBY.
Menteri Dalam Negeri, Mohammad Ma'aruf dalam sambutannya berharap gubernur baru dapat menurunkan angka kemiskinan di Aceh, dimana 40 persen rakyat Aceh berada di bawah garis kemiskinan. Menurutnya, dengan adanya UU Pemerintahan Aceh, hal itu mungkin diwujudkan. "Legitimasi besar dan dukungan dana yang sangat signifikan," katanya sesaat sebelum mengambil sumpah
ADVERTISEMENT
Tepat pukul 10.20 Irwandi – Nazar mengucapkan sumpah jabatannya. Menjalankan pemerintahan sesuai dengan UUD 45 dan pancasila serta peraturan yang berlaku. Mendagri Muhammad Ma’aruf membimbing mereka yang disaksikan Mahkamah Syariah Aceh. Lancar tanpa kendala.
“Demi Allah, saya bersumpah, ..., sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, ...,” di luar ruangan ada tamu yang riuh saat itu, tapi hanya sekejab. Lalu mereka kembali memusatkan perhatian ke televisi yang dipasang di depan.
Banyak saksi dalam sumpah Irwandi - Nazar. Hampir seluruh warga di seluruh Aceh membuka siaran televisi pemerintah yang menyiarkan langsung sidang paripurna DPRD itu.
Resmi sudah, kursi nomor satu di Aceh yang baru damai dipimpin mantan gerilyawan. Kepala Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh – Nias, Kuntoro Mangkusubroto, menyatakan Irwandi Yusuf akan mulai bekerja di lembaga itu besok. Di hari pertama, direncanakan akan digelar pertemuan membahas perkembangan rekonstruksi Aceh. Secara otomatis, Gubernur adalah Wakil Ketua Badan Pelaksana BRR.
ADVERTISEMENT
Situasi di pusat kota sempat lenggang selama setengah hari. Di depan kantor DPRD sepanjang radius 500 meter terlihat deretan papan ucapan selamat. Di depan kantor-kantor pemerintahan di Banda Aceh, spanduk selamat kepada gubernur baru berkibar. Iklan yang sama di media massa lokal di Aceh juga bertabur.
“Semoga Aceh bisa makmur dengan pemimpin baru,” Salamah, seorang warga yang berdiri tenang di pagar depan kantor DPRD yang di jaga ketat.
Deklarasi Irwandi-Nazar sebagai calon Gubernur/Wakil Gubernur Aceh dari jalur Independen dalam Pilkada 2006. Foto: Adi Warsidi

Kenduri Rakyat Sambut Gubernur Baru

Kamoe Aceh lah Aceh .... darah pejuang ... peujuang, neubi beu rijang ya Allah .... Aceh Mulia... (Kami Aceh adalah pejuang, kasih secepatnya ya Allah, agar Aceh mulia)
Lantunan hikayat prang sabil mengumandang dari 20-an koor paduan suara sebuah sanggar seni mahasiswa. Di atas panggung mereka membangkitkan semangat, disambut 5.000-an orang di bawahnya yang mengiringi dengan irama tepukan.
ADVERTISEMENT
Selepas siang, beberapa jam setelah Irwandi-Nazar dilantik, markas dewan rakyat kosong. Massa beralih ke Taman Ratu Safiatuddin, menghadiri kenduri rakyat. Massa telah mengalir dari daerah-daerah di kabupaten/kota seluruh Aceh sejak pagi. Bahkan dua hari sebelumnya. Mantan gerilyawan GAM, masyarakat biasa berbaur bersama.
Irwandi dan Nazar bersama istri saat kenduri rakyat usai pelantikan, 11 Februari 2006. Foto: Adi Warsidi
Sekitar pukul 14.30 WIB, di kursi kehormatan, duduk Irwandi dan Nazar dengan pakaian adat. Mereka diapit Malek Mahmud, Sofyan Dawood, Usman Lampoh Awe (Tokoh GAM) dan para bekas panglima wilayah. Sejumlah bupati terpilih dan beberapa ulama juga tampak di sana.
Massa sempat berebut menyalami mereka, “Saya sangat bangga berjabat tangan dengan orang yang kami pilih, kami berharap banyak darinya (Irwandi-Nazar),” sebut Ali, warga Aceh Besar.
ADVERTISEMENT
Ali yang telah berumur 52 tahun mengakui baru kali ini melihat pesta yang dibuat rakyat menyambut gubernur yang baru terpilih. “Sebelumnya tidak ada,” setidaknya sepanjang hayat Pak Ali.
Pesta rakyat itu bukan tanpa persiapan, masyarakat telah merencanakannya jauh-jauh hari. Setidaknya begitu pengakuan Muhammad Thaib (MTA), Koordinator acara itu. Muhammad Thaib sendiri adalah Koordinator Event Organizer Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA), bertanggung jawab dalam setiap acara yang dimotori SIRA.
Menurutnya, 30 ekor sapi disiapkan untuk makan bersama warga yang hadir. Dananya? “Sumbangan dari masyarakat, banyak dari warga yang menyumbang ala kadarnya,” sebutnya.
Bukan hanya sekedar kenduri. Malam menjelang pelantikan, seluruh masyarakat yang hadir mengadakan doa dan zikir bersama beriring membaca surat Yasin. Tujuannya, untuk kesuksesan pelantikan dan lestarinya perdamaian yang masih muda di tanah rencong. Zikir akbar akan digandeng dengan ceramah agama, “disampaikan oleh Abu Tanoh Mirah, salah seorang ulama kharismatik di Aceh,” ujar MTA
ADVERTISEMENT
Usai Lagu Perang Sabil berkumandang sejenak, Sofyan Dawood, juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) berkomentar di atas panggung. “Harapan masyarakat Aceh adalah gubernur dan wakilnya yang dipilih oleh rakyat mampu membawa kesejahteraan buat Aceh, kemakmuran bagi masa depan Aceh,” pekik Mantan Juru Bicara GAM itu, warga bertepuk.
Dia menyebutkan pilkada Aceh yang sangat demokratis telah menentukan pemenangnya. Sebelumnya dalam kampanye semua calon yang maju untuk memimpin Aceh pernah berjanji untuk menjaga terus perdamaian. Artinya, mereka yang kalah pun harus komitmen dengan janjinya itu. “Mari kita jaga sama-sama Aceh, jangan melepas tanggung jawab,” sebutnya.
Tak lama berselang, Irwandi dan Nazar beserta istrinya kemudian naik panggung, duduk diatas pelaminan adat yang telah disiapkan. Malek Mahmud, Usman Lampoh Awe dan ulama kharismatik Tgk Abu Tanoh Mirah, melakukan prosesi adat, mem-peusijuk gubernur baru itu.
ADVERTISEMENT
Massa yang hadir bangkit dari duduk, tepuk tangan membahana, menyambut pemimpin baru yang mereka pilih pada pilkada Aceh. Doa kemudian mengiringi hari pertama Irwandi – Nazar bertugas sebagai pemimpin, sampai 2012.
Harapan rakyat sesuai ujung lagu hikayat prang sabil itu, ... neubi beu rijang ya Allah .... Aceh Muuuuuliaaaaaa... []