Makna Kunjungan Prabowo dan Sandiaga ke Aceh

Konten Media Partner
4 Mei 2019 14:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto didampingi Muzakir Manaf. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto didampingi Muzakir Manaf. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, mengunjungi Aceh pada Jumat (3/5). Kunjungan tersebut bertepatan dengan peringatan 20 tahun peristiwa berdarah “Tragedi Simpang KKA” yang terjadi pada 3 Mei 1999 silam.
ADVERTISEMENT
Di media sosial, banyak warga Aceh mengomentari bahwa kunjungan Prabowo tersebut untuk memperingati peristiwa pembantaian yang menewaskan 46 warga sipil, 156 luka tembak, dan 10 orang hilang itu. Sebagai Mantan Danjen Kopassus, nama Prabowo sering dikaitkan dengan berbagai kasus pelanggaran HAM di Aceh.
Pun begitu, mantan menantu Presiden Soeharto itu sukses mendapatkan ‘keramahan’ orang Aceh. Dalam Pilpres 2014, Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Radjasa mampu mendulang 57 persen suara, mengungguli Jokowi-Jusuf Kalla yang cuma kebagian 44 persen. Keinginan orang Aceh menjadikan Ketua Umum Gerindra itu sebagai orang nomor satu di republik ini kembali diperlihatkan pada Pilpres 2019.
Sosok yang namanya pernah muncul dalam daftar tokoh yang bertanggung jawab terhadap pemberlakuan status Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh pada 1989-1998 itu ‘menang besar’ di Aceh, meraup 83 persen suara. Sementara Jokowi, presiden yang paling banyak berkunjung ke Aceh, hanya dipilih oleh 17 persen warga Aceh. Beginilah cara orang Aceh berterima kasih, baik itu kepada orang yang pernah menyakiti maupun menyayangi Aceh.
ADVERTISEMENT
Secara politik, perolehan 83 persen suara itu menjadi bukti bahwa orang Aceh bisa menerima Prabowo. Hal ini, misalnya, terkonfirmasi dengan penerimaan Partai Gerindra di Aceh. Dalam dua kali pemilu (2014 dan 2019), Partai Gerindra mampu mendapatkan kursi yang signifikan di parlemen Aceh. Bahkan pada Pemilu 2014, mereka mengantarkan dua wakil untuk DPR RI, masing-masing dari dapil Aceh 1 dan Aceh 2.
Jadi, cukup wajar Prabowo dan Sandi mengunjungi Aceh secara khusus. Anak begawan ekonom Soemitro Djoyohadikusumo, itu bahkan batal menjenguk ibu Ani Yudhoyono yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura. Padahal, menjenguk ibu Ani justru lebih menguntungkan secara politik. Prabowo-Sandi, berdasarkan hasil quick count 9 lembaga survei, kalah dari Jokowi-Maruf membutuhkan dukungan dari Demokrat, terutama dalam upaya mendelegitimasi KPU dengan tuduhan ‘pemilu curang’.
Sandiaga Uno saat tiba di Sekretariat Bersama Pemenangan Prabowo-Sandi di Aceh, Banda Aceh, Jumat (3/5). Foto: Abdul Hadi/acehkini
Apa makna kunjungan Prabowo-Sandi bagi masyarakat Aceh? Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Saifuddin Bantasyam, menyebutkan, kunjungan tersebut tidak hanya untuk mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh secara simbolis. “Kunjungan itu mungkin juga untuk membicarakan kerjasama di masa depan, misalnya, antara Partai Aceh dan Gerindra Aceh dan dengan DPP Gerindra,” kata Saifuddin ketika dihubungi acehkini, Jumat (3/5).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kerjasama itu sangat penting di masa mendatang, terutama yang berkaitan dengan isu-isu penting dalam bidang pembangunan Aceh. Apalagi, Sandiaga Uno memperlihatkan minat yang tinggi terhadap Aceh. Latar belakang Sandi sebagai pebisnis sukses, mampu mengendus peluang yang memungkinkan untuk dikembangkan di Aceh.
“Kerjasama itu bisa saja dalam bentuk pendirian unit-unit bisnis tertentu, dengan menargetkan orang-orang partai,” katanya.
Dosen Ilmu Politik Unsyiah, Taufik Abdullah, menuturkan kunjungan Prabowo dan Sandiaga ke Aceh untuk menghargai perjuangan rakyat Aceh yang telah memilihnya dalam Pilpres 2019 lalu. “Kemenangan 83 persen itu cukup fantastis,” katanya saat dihubungi acehkini, Jumat (3/5) malam.
Menurutnya, serangan terbuka Jokowi terhadap Prabowo pada saat debat sama sekali tidak mempengaruhi pilihan orang Aceh. “Berbagai isu negatif terhadap Prabowo yang bersifat hoaks, fake news, fitnah, dan ujaran kebencian tidak mempengaruhi pemilih di Aceh,” kata mantan aktivis 98 itu.
ADVERTISEMENT
Taufik menolak anggapan bahwa kedatangan Prabowo ke Aceh dipicu oleh pernyataan Mantan Ketua MK Mahfud MD yang menyebutkan Aceh memilih Prabowo karena faktor Islam garis keras. “Anggapan itu terbantahkan. Prabowo mengunjungi Aceh atas undangan ulama dan relawan,” kata Taufik.
Hanya saja, Taufik meminta agar kunjungan Prabowo-Sandi tidak perlu dibesar-besarkan. Tidak perlu ada analisa bahwa kunjungan tersebut justru bisa menjerumuskan Aceh lebih dalam. “Militansi dan kejujuran pemilih Aceh barangkali menjadi pertimbangan khusus bagi Prabowo Sandi, sehingga berkunjung bareng,” ujar pemerhati politik ini.
Banyak pihak mencurigai ada motif politik tertentu di balik kunjungan Prabowo-Sandi ke Aceh. Taufik menangkap ada dua hal mengapa kunjungan Prabowo-Sandi dicurigai. Pertama, katanya, Aceh dikhawatirkan akan bergolak lagi melawan Jakarta demi nafsu kekuasaan Prabowo. “Kedua, dikhawatirkan Aceh akan dikelola agar bergolak lagi demi hasrat politik Aceh Merdeka,” ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pandangan tersebut terlalu tendensius. Dalam hemat dia, Aceh tidak akan bergolak lagi secara fisik maupun mobilisasi politik besar-besaran. “Dukungan 83 persen suara Aceh untuk Prabowo Sandi adalah pemberontakan politis terhadap Jakarta,” pungkasnya. []
Taufik Al Mubarak