MAA Aceh Utara Terbitkan Buku Pedoman Ornamen Samudera Pasai

Konten Media Partner
29 Oktober 2019 23:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sosialisasi 'Buku Pedoman Ornamen Samudera Pasai" yang merupakan hasil penelitian tentang batu nisan Kerajaan Samudera Pasai. Foto: Dok. MAA Aceh Utara
zoom-in-whitePerbesar
Sosialisasi 'Buku Pedoman Ornamen Samudera Pasai" yang merupakan hasil penelitian tentang batu nisan Kerajaan Samudera Pasai. Foto: Dok. MAA Aceh Utara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Utara menerbitkan buku pedoman ornamen (hiasan dalam arsitektur dan seni lukis) tentang batu nisan Kerajaan Samudera Pasai. Buku ini merupakan hasil penelitian MAA yang dilakukan di empat lokasi situs makam Kesultanan Samudera Pasai dalam Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Aceh.
ADVERTISEMENT
Saifuddin Dhuhri salah seorang penyunting buku menyebut keempat lokasi penelitian tersebut ialah situs Sultan Malikussaleh di Desa Beuringen, situs Makam Kuta Kareung, situs Batee Balee di Desa Meucat dan situs Makam 44.
"Jadi buku ini merupakan hasil dari penelitian terhadap ornamen-ornamen yang terdapat di empat lokasi situs-situs makam Kesultanan Samudera Pasai tersebut," sebut Saifuddin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/10).
Setelah membukukan hasil penelitian tentang batu nisan Kerajaan Samudera Pasai, kata Saifuddin, kemudian Lembaga Penelitian Pasee (PIR) bekerja sama dengan MAA Aceh Utara dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh melaksanakan sosialisasi buku yang diberi judul 'Buku Pedoman Ornamen Aceh Utara' tersebut.
Cover Buku Pedoman Ornamen Aceh Utara terbitan MAA Aceh Utara.
Menurutnya, ada empat ornamen khas Aceh Utara berdasarkan ornamen-ornamen yang ditemukan di situs-situs makam Kesultanan Samudera Pasai. Pertama, sebutnya, simbol 'kande' dan 'pisang dua'.
ADVERTISEMENT
"Simbol kande melambangkan dai yang menyiarkan Islam di Asia Tenggara, sebagaimana Islam selalu disimbolkan dengan cahaya, maka kande melambangkan ulamanya. Sedangkan simbol pisang dua bermakna kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Samudera Pasai pada masa gemilangnya," ujar Saifuddin.
Ornamen khas kedua adalah 'bungong kalimah', yaitu kaligrafi dengan berbagai varian dan ragamnya. Sebaimana dijelaskan Zulfikar, bahwa di Kerajaan Samudera Pasai terdapat banyak ragam kaligrafi, dominannya tsulust, kufi dan nasakh. "Corak tsulust-nya banyak dipengaruhi oleh likok Turki, sementara tipe nasakh mencirikan khat terawal dari perkembangan seni khat dalam dunia Islam," sebutnya.
Adapun ornamen khas ketiga adalah 'bungong geometrik'. "Bungoeng geometrik merupakan ornamen yang dibentuk dari gabungan bentuk-bentuk geometri seperti segi tiga, segi empat, bulat dan lainnya. Dan ornamen khas keempat adalah 'bungong kayei' yang terdiri bunga-bunga kayu yang hidup dan tumbuh di Samudera Pasai atau bentuk Arabesque," kata Zulfikar.
ADVERTISEMENT
Adi Safyan dari Universitas Malikussaleh mengatakan, buku tersebut pada tahun ini dicetak untuk kedua kalinya setelah diterbitkan pada 2017 lalu. "Diharapkan dengan kehadiran buku ini dapat memberikan petunjuk dan arahan tentang pentingnya dan metode pengunaan ornamen Samudera Pasai bagi para praktisi dan peneliti serta guru yang berada di lingkungan Aceh Utara khususnya, dan Aceh pada umumnya," tutur Adi.