Dosen UI Menjenguk RUMAN, Sekolah Gratis Anak Duafa Aceh

Konten Media Partner
10 Juli 2019 11:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahmad Arif (kiri), Yeni Salma dan Neng Djubaedah. Dok. Ruman Aceh
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Arif (kiri), Yeni Salma dan Neng Djubaedah. Dok. Ruman Aceh
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua orang dosen dari Universitas Indonedia (UI) mengunjungi sekretariat Lembaga Pendidikan Rumah Baca Aneuk Nanggroe (RUMAN) Aceh, Gampong Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh Selasa (9/7/2019) kemarin.
ADVERTISEMENT
Kedua dosen UI tersebut adalah Neng Djubaedah, Ph.D dan anaknya Yeni Salma Barlinti. Mereka didampingi seorang dosen Universtias Syiah Kuala, diterima langsung oleh Pendiri RUMAN Aceh, Ahmad Arif. Mereka juga menitipkan zakat mal (harta) untuk 14 anak duafa di sana.
“Merupakan sebuah kehormatan bagi kami atas kunjungan tamu tersebut. Dalam kesibukannya, mereka meluangkan waktu untuk melihat kami,” ujar Arif.
Kepada mereka, Arif menjelaskan latar belakang pendirian serta lika-liku perjalanan RUMAN Aceh sejak didirikan 8 April 2013, hingga kini. Lembaga itu berkerja pada prinsip; murni sosial-kebaikan, nonpartisan, dan hana fee (donasi bersumber anggaran pemerintah dengan perjanjian sejumlah komisi kepada penyalur bantuan).
“Kita pernah menolak tawaran donasi sebesar Rp 1,5 miliar, karena melanggar prinsip hana fee, berat memang. Namun, kami berusaha istiqamah dengan saling mengingatkan, dan menguatkan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Neng Djubaedah, dan Yeni memberikan apresiasi positif atas kiprah RUMAN bagi kaum duafa di Aceh secara umum, khususnya di Banda Aceh dan Aceh Besar. “Awalnya tidak ada agenda ke RUMAN Aceh. Namun saat mendarat di bandara Sultan Iskandar Muda (Aceh Besar) saya teringat. Karenanya, saya mengajak ibunda saya untuk berkunjung. Sebelumnya mengetahui dari melalui sosial media,” jelas Yeni.
Djubaedah mengaku salut kepada para donatur yang bersedia berbagi rezekinya agar anak-anak duafa tetap bisa mengakses sekolah. “Sebagaimana saya pun salut kepada bunda guru di sini atas totalitas dan dedikasi mereka membantu kaum termarjinal,” tuturnya, yang meraih Ph.D dari Universitas Kebangsaan Malaysia, pada usia 67 tahun.
Mereka berharap agar RUMAN Aceh terus melangkah di atas prinsip yang telah digariskan, dan semakin memaksimalkan upaya-upaya menebarkan kebaikan. []
ADVERTISEMENT
acehkini