15 Tahun Tsunami, ICAIOS: Aceh Pulih, tapi Belum Tangguh Bencana

Konten Media Partner
27 Desember 2019 16:28 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi permukiman di sekitar Masjid Rahmatullah Lampuuk, sebulan lebih setelah tsunami. Foto. Adi Warsidi
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi permukiman di sekitar Masjid Rahmatullah Lampuuk, sebulan lebih setelah tsunami. Foto. Adi Warsidi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah hasil riset tim peneliti dari Pusat Kajian Antarbangsa tentang Aceh dan Lautan Hindia atau International Center for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) menunjukkan kondisi Aceh saat ini telah kembali pulih seperti sebelum dilanda gempa dan tsunami, pada 26 Desember 2004.
ADVERTISEMENT
Peneliti ICAIOS, Saiful Mahdi, mengatakan selama 15 tahun setelah tsunami menerjang Aceh, proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh sangat luar biasa. Tetapi menurutnya hasil pembangunan pascabencana itu masih terdapat masalah keberlanjutan.
"Tapi sayang, 15 tahun setelahnya, dampak pembangunan pascabencana tidak banyak yang bertahan, terutama non-fisik. Jadi ini masalah keberlanjutan," kata dia, kepada jurnalis, Jumat (27/12).
Penelitian mengenai pembangunan Aceh setelah tsunami dilakukan ICAIOS sepanjang 2014-2017. Sebagian hasil kajian mulai dipublikasikan sejak 2017, namun sebagian lagi masih dalam proses analisa dan publikasi. Penelitian itu melibatkan 127 orang peneliti, asisten peneliti, dan peneliti lapangan dari Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry, Universitas Malikussaleh, NTU-EOS, dan Monash University, Australia.
“Kita memeriksa dampak bantuan tsunami dalam jangka panjang, lebih 10 tahun setelah mega-bencana itu di Banda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Jaya. Sengaja kita lakukan jauh setelah bencana dan setelah proses rehabilitasi dan rekonstruksi untuk menilai dampak jangka panjang dan keberlanjutannya,” ujar Saiful Mahdi.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan ICAIOS berfokus pada lima sektor yaitu perumahan, ekonomi dan mata pencaharian, demografi, tata kelola dan masyarakat sipil, dan pengurangan risiko bencana di tiga wilayah paling terdampak tsunami yang juga banyak mendapat bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Dalam salah satu publikasi ilmiah, tim peneliti ICAIOS mengenai 'keadaan setelah bantuan’ atau “the aftermath of aid” (AoA) mencatat gampong-gampong di sepanjang pantai yang terdampak tsunami dari Banda Aceh, Aceh Besar, hingga ke Calang, di Aceh Jaya, kehidupan kembali ke keadaan normal seperti sebelum tsunami. Tetapi, normal yang dimaksud tidak selalu lebih baik.
“Misalnya, keterlibatan aktif kelompok masyarakat untuk program pembangunan, misalnya di kalangan perempuan dan pemuda yang lebih terasa geliatnya di saat rehab-rekon, namun sekarang sepertinya sudah kembali seperti saat sebelum bencana," kata Prof. Eka Srimulyani, salah seorang peneliti dari UIN Ar-Raniry.
ADVERTISEMENT
Penelitian AoA juga mengungkapkan mengenai risiko bencana yang menunjukkan masyarakat Aceh masih jauh dari siap dan tangguh dalam menghadapi bencana. Ini dikarenakan pembangunan kembali setelah tsunami 2004 tidak memasukkan faktor risiko bencana di masa depan dalam perencanaannya.
Direktur Eksekutif ICAIOS, Cut Dewi, berharap hasil kajian pihaknya mendapat perhatian dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, terutama di ketiga wilayah yang menjadi lokasi penelitian.
"Setelah beberapa analisa dan publikasi ilmiah lainnya selesai, kami berencana menyampaikan saran kebijakan kepada Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota yang berkenaan," kata dia.