Sindrom Katak Rebus: Waspada Kenyamanan Semu Hubungan dan Karir!

Abubakar Sidik
Mahasiswa FKIP UMSurabaya
Konten dari Pengguna
18 Desember 2023 18:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abubakar Sidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi katak rebus. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi katak rebus. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Tidaklah seutuhnya salah kalau penyebab matinya katak itu karena air panas, tetapi lebih dari itu ia mati karena ketidakmampuannya dalam memahami situasi dan kondisi. Dia tidak mampu menyadari adanya kondisi bahaya dan lebih memilih beradaptasi. Mungkin kita juga sering dalam kondisi ini, ketika kita berada dalam lingkungan kerja, pertemanan, dan keluarga toxic lebih memilih beradaptasi dengan kondisi itu ketimbang keluar dari zona itu.
Sindrom katak rebus memang sulit dipahami karena perubahannya tidak terus menerus, tetapi secara perlahan dan bertahap. Bisa saja lingkungan kerja, pertemanan, dan keluarga toxic terjadi sebulan sekali, lalu dua minggu sekali, lalu seminggu sekali, dan pada akhirnya setiap hari. Tahapan ini membuat kita tidak menyadari akan bahayanya.
Ilustrasi keluarga dengan anak-anak kecil. Foto: Shutterstock

Dampak sindrom “Katak Rebus”

ADVERTISEMENT
Mari kita lihat dampak buruk dari sindrom katak rebus dari beberapa kasus perusahaan besar. Beberapa perusahaan besar seperti Nokia, Blockbuster, dan Hindustan Motors merasakan dampak signifikan dari ketidakmampuannya memahami perubahan kondisi pasar dan kompetitor baru yang berubah perlahan dan bertahap. Perusahaan-perusahaan ini gagal melihat perubahan bertahap yang mengakibatkan penurunan penjualan dan bahkan mengalami kebangkrutan. Perlahan mengalami kemunduran karena terlelap sehingga kritis dan sulit untuk diperbaiki.
Pasti dari kita pernah berada dalam posisi yang terkena dampak sindrom katak rebus ini, tetapi kita kerap tidak menyadari perubahan itu. Misalnya, ketika kita pertama kali masuk dalam lingkungan pertemanan baru yang toxic, alih-alih menarik diri dari lingkungan itu kita lebih memilih menyesuaikan diri dengan dalih “lingkungan pertemananku yang ini lebih baik ketimbang yang kemarin-kemarin”. Kita tidak bisa menyadari bahayanya padahal sama saja pertemananmu yang sekarang dengan yang sebelumnya. Layaknya katak rebus menyesuaikan suhu baru yang terus berubah sembari berharap aka nada perubahan yang baik.
Ilustrasi laki-laki stres di tempat kerja. Foto: Shutterstock

Bagaimana cara menghindari sindrom katak rebus?

ADVERTISEMENT
Untuk menghindari sindrom katak rebus yang muncul secara bertahap dan tanpa disadari dalam hidup Anda, sangat penting untuk secara teratur merenungkan pertanyaan-pertanyaan pembinaan berikut ini. Pertama dan terutama, kenali titik-titik tekanan Anda saat ini. Kaji apakah tingkat tekanan yang ada masih dapat ditangani dan, jika ya, tentukan durasi sebelum intervensi diperlukan. Pertimbangkan situasi Anda dari sudut pandang eksternal - apakah Anda akan merasa nyaman dengan teman, kolega, atau anggota keluarga Anda? Bayangkan memberi saran kepada mereka tentang tindakan yang tepat. Peka terhadap tanda-tanda peringatan yang mengindikasikan perlunya perubahan. Evaluasi apakah ada kegiatan yang dapat Anda hentikan dengan segera untuk memperbaiki situasi Anda. Jelajahi potensi pengganti yang tidak hanya berkontribusi pada kesejahteraan pribadi Anda, tetapi juga berdampak positif pada bisnis, organisasi, atau lingkungan pendidikan Anda. Merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini secara teratur dapat membantu Anda mempertahankan pendekatan proaktif terhadap sindrom katak rebus.
ADVERTISEMENT
Ketika anda merasa berada dalam sindrom katak rebus, akan lebih baik anda segera menyadari dan melakukan beberapa tips di atas agar terhindar dan keluar dari sindrom katak rebus.