Raja Henry II: Raja Muslim Inggris Abad Pertengahan?

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
9 April 2020 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Raja Inggris Henry II | Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Raja Inggris Henry II | Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada abad ke-12 tepatnya di musim semi tahun 1168, Raja Inggris Henry II mengirimkan surat ancaman kepada Uskup Agung Canterbury, Paus Alexander III. Surat itu terkenal karena berisi ancaman bahwa Raja akan meninggalkan agama kristen dan berniat masuk Islam.
ADVERTISEMENT
Tentu hal itu sungguh mengangetkan gereja, mengingat sejak tahun 1097, tentara salib Eropa sudah berperang melawan pasukan Islam di Timur Tengah dan dengan gigih mempertahankan penaklukan mereka terhadap kerajaan Yerusalem, Kerajaan Antiokhia, wilayah Edessa dan Tripoli. Muslim dipandang sebagai musuh terbesar bagi Kristen.
Namun seberapa serius ancaman Henry ? Menurut sejarawan Claudia Gold dalam tulisannya di BBC History Magazine, bukanlah hal aneh bagi Henry mengeluarkan ancaman seperti itu. Kedudukan sebagai raja menjadikan dirinya memiliki kuasa penuh untuk berpendapat dan memerintah sesuai keinginannya. Apalagi Henry bukan sekedar Raja Inggris saja, ia juga seorang Adipati Normandia dan Aquitaine, sekaligus pangeran wilayah Maine, Anjou, dan Touraine. Dapat dikatakan Henry merupakan pria paling berkuasa di dunia, khususnya Eropa. Jika Henry serius pada niatnya untuk masuk Islam, Eropa pada abad ke-12 akan gempar.
ADVERTISEMENT
Kedekatan Henry terhadap Islam sebenarnya sudah dimulai sejak ia masih kecil. Dia telah mempelajari karya-karya Petrus Alfonsi, tabib kerajaan yang merawat kakeknya Henry I. Petrus juga merupakan penulis biografi pertama tentang Nabi Muhammad yang paling kredibel dan juga orang pertama yang menerjemahkan Al-Qur'an kedalam bahasa latin.
Orang tua Henry juga mempekerjakan tutor terbaik di Eropa yang di antaranya terdapat orang Arab terkenal, sekaligus ahli bahasa dan ilmuwan, bernama Adelard dari Bath. Adelard adalah orang yang telah melakukan perjalanan selama tujuh tahun di Italia, Sisilia, Antiokhia, dan pesisir selatan (sekarang disebut Turki). Dia terkenal karena terjemahannya ke dalam risalah Latin Arab mengenai astronomi, dan memperkenalkan inovasi Arab terhadap matematika ke dalam bahasa Inggris dan Perancis. Adelard menjadi orang yang paling berpengaruh dalam pendidikan Henry.
ADVERTISEMENT
Bersama Islam, Henry mengembangkan kekaguman untuk belajar bahasa Arab sejak kecil. Dia telah banyak menerima pendidikan luar biasa dari para sarjana yang berpengalaman dalam pengetahuan 'baru' yang meledak dari Sisilia, Spanyol dan Timur Tengah. Eropa Barat kala itu tidak pernah mengalami periode yang sangat menarik secara intelektual seperti pada abad ke-12 (yang kemudian dijuluki kebangkitan abad ke-12). Hal ini karena adanya penemuan kembali para pemikir klasik Yunani dan Roma (khususnya Roma Kristen setelah konversi Konstantinus), lewat kontak dengan dunia Arab dan tradisi intelektualnya yang kaya dalam astronomi, kedokteran, musik, arsitektur, dan matematika.
Minat Henry berlanjut hingga dewasa. Dia sering menyambut para sarjana yang sedang melakukan perjalanan untuk datang ke istananya, tanpa terkecuali orang-orang Arab. Henry juga sangat mengagumi seni Islam sehingga ketika dia membangun istana untuk kekasihnya Rosamund Clifford, di Woodstock. Dia menirukan istana kerajaan Norman di Sisilia, dengan air mancur di halaman. Sayangnya istana itu kemudian dihancurkan, tetapi bekas bangunannya menujukkan gaya arsitektur yang penuh dengan motif Arab unik di Eropa utara.
ADVERTISEMENT
Tingginya penghargaan Henry terhadap Islam dan budaya Arab, ternyata bukan itu yang memprovokasi Henry dalam surat ancamannya. Alasan sebenarnya ditemukan dalam surat itu sendiri, dimana Henry menyatakan bahwa ia, “Akan lebih cepat menerima kesalahan Nur al-Din (Sultan Aleppo) dan menjadi kafir, daripada membiarkan Thomas Becket berkuasa di Katedral Canterbury lebih lama lagi."
Raja Inggris Henry II dan Thomas Becket | Foto: commons.wikimedia.org
Jelaslah sudah perseteruan Henry dengan gereja terjadi karena Thomas Becket. Thomas merupakan teman kepercayaan Henry, yang ia angkat untuk menduduki posisi kanselir sekaligus uskup agung. Dengan kedudukan ganda yang dimiliki Thomas, ia menjadi orang nomor dua yang berkuasa setelah raja. Ternyata, Henry justru menempatkan seorang fanatik kristen, alih-alih pendukungnya sebagai raja duniawi.
Perseteruan dimulai kala Thomas menentang beberapa kebijakan raja, antara lain dalam penggunaan harta gereja dan pelantikan putra mahkota tanpa persetujuan uskup agung sebagai wakil Tuhan. Karena hak untuk memahkotai raja-raja Inggris merupakan hak prerogatif Uskup Agung Caterbury dan ini membuat Henry marah. Lalu, timbulah pertempuran supremasi antara gereja dan negara.
ADVERTISEMENT
Ketika ketegangan antar keduanya semakin tak terkendali, Thomas melarikan diri ke Prancis dan mendapatkan perlindungan dari Raja Louis VII. Jabatan uskup pun digantikan oleh Paus Alexander III. Sebagai uskup, Paus membutuhkan dukungan Herny walaupun ia sendiri prihatin pada kondisi Thomas. Keadaan ini membuatnya mustahil untuk dapat membela keduanya. Dengan munculnya surat ancaman tersebut akhirnya paus lebih mendukung keinginan Henry. Dua tahun setelah surat ancaman dikirimkan, Thomas ditemukan tewas terbunuh.
Di luar perselisihannya dengan gereja, Henry menyadari bahwa hak ilahinya atas mahkota Inggris berasal dari agama Kristen. Masyarakat kristen telah terstruktur dengan cara yang sangat berbeda dari Islam, terutama masyarakat agraris dan feodal. Masyarakat Islam memungkinkan tingkat mobilitas sosial yang cukup tinggi dan tidak sekaku feodalisme Barat Kristen. Kerajaan Henry didasarkan pada sistem sumpah dan kewajiban yang rumit.
ADVERTISEMENT
Dengan mempertimbangkan ratusan kekacauan yang dipicu oleh leluhurnya dahulu ketika terjadi pemisahanan kerajaan Inggris dari gereja Katolik Roma. Dan memicu perang bersaudara yang berakhir dengan eksekusi seorang raja, membuat dirinya lebih berhati-hati dalam bertindak apalagi untuk pindah agama.
Kendati begitu, Henry sebenarnya bukan sebagai orang yang religius. Bukti sejarah mengungkapkan bahwa Henry jarang duduk diam di gereja, dan terlihat bosan ketika prosesi Misa. Ancaman yang ia kemukakan menujukkan indikasi betapa sedikitnya keyakinannya terhadap kristen sekaligus kebenciannya atas otoritas kepausan yang menghalangi kekuasaannya.
Melihat dari sudut pandangnya, sepertinya Henry memandang Islam lebih menarik karena tidak memiliki otoritas terpusat dan tidak adanya kekuatan supranasional. Henry merasa Islam lebih memuaskan diri karena tidak ada Paus dalam Islam yang melarangnya memecat uskup agungnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Sumber: historic-uk.com | britannica.com | historyextra.com