Paus Sangat Berkontribusi dalam Mendinginkan Bumi

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
9 Maret 2021 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Paus Sperma | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Paus Sperma | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa jenis paus, seperti paus balin dan paus sperma, tergolong jenis makhluk hidup terbesar di Bumi. Tubuh mereka yang besar tersebut menjadi tempat penyimpanan karbon dioksida dalam ukuran yang juga besar; dan secara tidak langsung keberadaan mereka di lautan sangat berperan penting dalam menjaga ekosistem di Bumi.
ADVERTISEMENT
Dampak yang paling besar dari kehadiran paus di lautan lepas adalah berperan penting dalam menentukan suhu di planet biru ini. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?
Mamalia laut ini dapat menyimpan karbon dalam jumlah yang sangat banyak di tubuh mereka. Apabila mereka mati, maka tubuh mereka akan tenggelam jauh ke dasar laut dan karbon di tubuh mereka akan mengendap di sana selama berabad-abad atau lebih. Hal itu menjadikan kandungan karbon tersebut tetap bertahan di dasar laut dan tidak akan naik ke atmosfer.
Akan tetapi, sejak lama perburuan paus tidak dapat terhindarkan. Manusia telah membunuh paus selama berabad-abad lamanya, dan bangkai tubuh mereka tidak akan tenggelam ke dasar laut. Artinya, kandungan karbon akan lepas ke udara dan menuju ke atmosfer. Semakin banyak karbon dioksida yang masuk ke atmosfer, maka kandungan oksigen akan semakin berkurang, dan efeknya akan menyebabkan gangguan pernafasan pada makhluk hidup di muka Bumi.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah studi tahun 2010 lalu, para ilmuwan menemukan bahwa sebelum maraknya industri perburuan paus secara besar-besaran, populasi paus yang mati (tidak termasuk paus sperma) biasanya akan tenggelam dan membawa sebanyak 190.000 hingga 1,9 juta ton karbon dioksida per tahunnya ke dasar lautan.
Paus Balin | Wikimedia Commons
Andrew Pershing, seorang ilmuwan kelautan di Universitas Maine, memperkirakan bahwa selama abad ke-20, perburuan paus telah menambahkan sekitar 70 juta ton karbon dioksida ke atmosfer. Angka tersebut dapat bertahan atau bahkan semakin meningkat; dan tentunya semakin membahayakan atmosfer dan kehidupan di Bumi.
Namun, bukan hanya kematian paus saja yang berharga, kotoran yang dihasilkan oleh mamalia ini juga sangat memengaruhi atmosfer. Kotoran mereka sangat kaya akan zat besi yang sangat menguntungkan bagi pertumbuhan para fitoplankton.
ADVERTISEMENT
Makhluk-makhluk ini mungkin berukuran sangat kecil, namun apabila digabungkan fitoplankton memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap atmosfer Bumi. Apabila pertumbuhan mereka tercukupi, maka mereka dapat mengambil sekitar 40 persen karbon dioksida yang ada di atmosfer, dan kemudian menghasilkan oksigen untuk dilepaskan ke udara. Jumlah ini ternyata empat kali lipat lebih besar dari yang dihasilkan oleh hutan hujan Amazon.
Menyadari akan hal ini, beberapa organisasi internasional seperti IMF menyerukan untuk melakukan perlindungan terhadap paus. Perlindungan ini harus menjadi prioritas utama dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim yang dapat berdampak negatif bagi kehidupan di muka Bumi.
Dan pada akhir tahun 2021 ini, konferensi iklim PBB akan mengadakan agenda khusus yang akan dilaksanakan di Skotlandia, demi membahas agenda apa saja yang harus diambil demi keberlangsungan hidup yang sehat di Bumi. [*]
ADVERTISEMENT