Lockdown COVID-19 Menjadikan Tikus Lebih Agresif dan Kanibal

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
27 Mei 2020 6:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tikus di perkotaan | Foto: Flickr/Effy's Rat's
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tikus di perkotaan | Foto: Flickr/Effy's Rat's
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanpa disadari oleh kita semua, seiring dengan perkembangan gaya hidup di perkotaan, banyak hewan menjadi sangat bergantung akan "kedermawanan" manusia. Kucing, misalnya, secara perlahan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan perutnya dari pemberian manusia, alih-alih berburu burung atau tikus. Sementara tikus, juga beradaptasi, semakin mengandalkan limbah dan tempat sampah demi bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Jadi, ketika manusia secara tiba-tiba tidak lagi berperan vital terhadap pemenuhan kebutuhan makan, hewan-hewan itu pun merasakan dampak signifikan. Kucing dan tikus akan mencari cara lain untuk bertahan hidup, bahkan mungkin dengan alternatif paling ekstrem. Sebagaimana yang sedang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada saat ini, di mana tikus-tikus bersikap semakin agresif dan mempraktikkan kanibalisme.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS menyatakan bahwa perilaku "tidak biasa" pada tikus itu ialah konsekuensi dari lockdown selama pandemi COVID-19. Lebih dari dua bulan, pengurungan manusia di tempat tinggalnya masing-masing telah mengurangi jumlah sampah. Terutama di area perkotaan, tikus-tikus sangat kesulitan mencari sumber makanan sisa di jalanan yang sepi, juga tidak dapat menemukan limbah restoran yang kini tak beroperasi.
ADVERTISEMENT
Alhasi, sebagai sikap penyesuaian untuk bertahan hidup, tikus-tikus mulai memakan anak-anak mereka.
“Penutupan terhadap seluruh masyarakat (lockdown) telah menyebabkan berkurangnya makanan yang tersedia untuk hewan pengerat, terutama di daerah komersial yang padat,” ungkap CDC dilansir The Guardian.
Anak-anak tikus | Foto: Pixabay/Karsten Paulick
Kabar lebih buruknya, selain bertindak kanibal, kelangkaan sampah dan limbah juga membuat tikus lebih berani untuk menyerang pemukiman manusia. CDC pun menyampaikan: “Beberapa yurisdiksi telah melaporkan peningkatan aktivitas hewan pengerat, saat hewan pengerat mencari sumber makanan baru."
Agresi tikus sejauh ini semakin meningkat di New York, New Orleans, dan Chicago. Tindakan pencegahan, termasuk menyegel akses ke rumah dan tempat bisnis, membuang puing-puing, memangkas tumbuh-tumbuhan lebat, menyimpan sampah di tempat sampah yang tertutup rapat, dan mengeluarkan makanan hewan peliharaan dari pekarangan, sangat dianjurkan oleh CDC kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT