Filsafat untuk Menemani Hari-hari Gen-Z yang Berat

Abil Arqam
Mahasiswa Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - Nyantri di Ngaji Filsafat MJS
Konten dari Pengguna
27 Desember 2023 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abil Arqam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mempelajari dan membahas filsafat begitu mengasyikkan. Sekalipun beberapa pembahasannya lumayan berat, tidak membuat saya lantas jenuh dan bosan. Saya bisa mempersoalkan apa pun, mulai dari hal-hal sepele di sekitar saya seperti apa yang membuat kopi disebut kopi, hingga perkara-perkara rumit nan problematik seperti soal takdir dan kehendak bebas. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tersebut seakan membawa saya melampaui hal-hal yang lumrah dan banal dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Memang itulah poin yang ingin dituju oleh filsafat. Filsafat berupaya menguraikan dan merumuskan problem dari sesuatu. Jika sains dan ilmu pengetahuan lainnya mencoba mencari jawaban atas pertanyaan, maka filsafat ingin menggali berbagai problem atas jawaban tersebut. Oleh karena itu, sejarah perkembangan filsafat adalah sejarah polemik dan pertentangan. Sejarah tentang suatu kritik yang menimpuk kritik lainnya.
Ruang lingkup dan pembahasan dalam filsafat sangatlah luas. Apa pun dapat dipersoalkan dalam filsafat. Mulai dari hal-hal mendasar seperti makna hidup, pertemanan, kesendirian, dan masa depan, hingga hal-hal yang progresif seperti teori kekuasaan, keadilan, demokrasi, dan lain sebagainya.
Di Indonesia saat ini, filsafat mulai ramai diperbincangkan oleh masyarakat, khususnya oleh anak muda. Selain sebagai suatu ilmu yang jarang dibahas, kata-kata filosofis agaknya keren dijadikan caption saat memposting story. Saat nongkrong misalnya, kurang lengkap jika tidak dibumbui dengan bahasan filosofis mengenai hidup, masa depan, dan barangkali Tuhan.
ADVERTISEMENT
Kemunculan Ferry Irwandi melalui kanal YouTube-nya dan Henry Manampiring dengan Filosofi Teras-nya, menjadikan filsafat, khususnya Stoisisme makin familiar di kalangan pemuda. Aliran filsafat Stoisisme dianggap dapat menjawab persoalan-persoalan pelik yang menyangkut kehidupan anak-anak muda, seperti quarter life crisis, Kesehatan mental, anxiety, dan lain sebagainya. Ada pula Fahruddin Faiz, yang mengisi program Ngaji Filsafat secara rutin di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta dan mengenalkan serta membahas filsafat dengan spektrum yang lebih luas lagi.
Gen-Z dan Kesehatan Mental
Di Tahun 2023, selain didekap oleh hawa panas tahun politik, kita juga disuguhkan berita-berita buruk soal kasus mahasiswa yang bunuh diri. Di Yogyakarta, hampir setiap bulan saya membaca kabar mahasiswa yang bunuh diri dengan cara-cara berbeda. Ada yang melakukannya dengan melompati jembatan penyeberangan di kampus, ada yang memilih melompat dari lantai 11 gedung hotel, dan ada pula yang gantung diri di kamar kos.
ADVERTISEMENT
Anak-anak muda yang tergolong dalam kafilah Gen-Z (termasuk saya sendiri) memang sedang bertahan dari gempuran depresi dan sekelumit gangguan kesehatan mental lainnya hari ini. Depresi, Bipolar, kecemasan berlebihan, gangguan tidur, dan lain-lain ialah deretan jenis gangguan mental yang sering menjangkiti Gen-Z.
Teknologi digital seperti gadget, internet dan media sosial telah memutarbalikkan gaya kehidupan manusia saat ini. Walhasil, anak-anak muda lebih banyak terjebak di dalam dunia maya. Setiap hari mereka menyaksikan gaya hidup ideal ala influencer, tren-tren fesyen terkini, gawai-gawai terbaru, dan lain sebagainya yang mendorong mereka untuk berlomba-lomba menjadi yang paling trendy dan kekinian. Kita tidak asing lagi dengan kata FOMO (fear of missing out) yang banyak menjangkiti psikis anak muda, yakni perasaan takut akan ketertinggalan terhadap hal-hal terkini.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, lingkungan keluarga dan pertemanan menjadi salah satu faktor utama yang menunjang munculnya depresi dan gangguan kesehatan mental. Beberapa anak muda, hidup dan dibesarkan dalam keluarga yang barangkali tidak harmonis. Sehingga, ketika dihadapkan oleh suatu permasalahan hidup, ia tidak memiliki tempat untuk mengadu atau setidaknya menceritakan masalah yang sedang ia hadapi.
Dalam pergaulan sehari-hari, tidak semua teman memberikan dampak positif. Teman-teman toxic misalnya, ketimbang memberikan solusi atau dukungan pada masalah yang sedang dihadapi seseorang, terkadang malah mempersulit keadaan dengan membanding-bandingkan dirinya atau bahkan malah menghakimi orang tersebut.
Untuk itu, banyak yang kemudian mencoba bertahan dengan memendam sendiri masalah itu dan tidak menceritakannya dengan orang lain. Namun, tak sedikit pula yang mencoba menempuh jalan lain untuk mengatasinya, yakni dengan melakukan upaya bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Hidup Santai dan Bahagia dengan Berfilsafat
Jangan berasumsi bahwa filsafat selalu membahas topik-topik berat dan ruwet. Sesuai dengan arti katanya sendiri dalam bahasa Yunani, filsafat adalah upaya untuk mencari dan mencintai kebijaksanaan. kunci utama dalam berfilsafat ialah berpikir secara mendalam dan kritis. Melalui ini, kita berusaha merenungi segala hal untuk menyingkap makna-makna dibalik kehidupan dan mengenali hakikat diri kita sendiri.
Di berbagai diskursus filsafat, tak sedikit pula yang membahas seputar kejiwaan dan mental. Topik ini bahkan menjadi salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam filsafat. Ada berbagai filsuf yang menyumbang pikirannya mengenai kejiwaan, mental, dan kebahagiaan, seperti Socrates, Zeno, Ibnu Sina, Erich Fromm, dan lain sebagainya, yang bisa Anda telusuri sendiri melalui perangkat pintar.
ADVERTISEMENT
Teruntuk kaum Gen-Z yang sedang menghadapi hari-hari berat dalam kehidupan dunia modern yang semakin edan ini, mempelajari dan mengkaji filsafat agaknya bisa menjadi jawaban. Tentunya tidak harus secara serius dengan berkuliah dan masuk jurusan filsafat. Ini tidak saya rekomendasikan.
Belajar filsafat bisa dimulai secara santai dengan membaca buku-buku ringan tentang filsafat yang membahas seputar persoalan kehidupan. Ada banyak buku seperti itu, misalnya Filosofi Teras karya Henri Manampiring, Filsafat untuk Pemalas karya Ach Dhofir Zuhry, novel Dunia Sophie-nya Josteinn Gardner.
Jika malas dan tidak suka membaca, tidak apa-apa, masih ada jalan lain. Yakni, dengan mendengarkan siniar-siniar di YouTube dan Spotify, seperti MJS Podcast, Pikiran Manusia, The Daily Stoic, dan lain-lain.
Hari-hari yang kita lalui akan semakin asyik bila dijalani dengan santai dan Bahagia. Dengan berfilsafat tentunya, pikiran kita akan terfokus untuk menyemai hikmah dan makna hidup ketimbang mencemaskan berbagai hal yang berada di luar kendali diri kita. Jangan terjebak dalam penjara-penjara depresi dan kecemasan, mulailah memikirkan sesuatu yang lebih bermakna bagi kehidupan sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Berfilsafatlah dan berbahagialah.
ADVERTISEMENT