Apakah Sebaiknya Profesi DPR RI Digantikan oleh Robot?

Abdurrofi Abdullah Azzam
Mahasiswa S1 Ilmu Pemerintahan Universitas Singaperbangsa Karawang
Konten dari Pengguna
30 November 2021 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdurrofi Abdullah Azzam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pepper adalah robot pertama pidato di parlemen Inggris menyampaikan gagasan dan perkembangan robot.
Robot bernama Pepper menghadiri sidang Komite Pendidikan di Parlemen London. PHOTO BY HO / VARIOUS SOURCES / AFP
Profesi DPR RI memang akan digantikan oleh robot menjadi pertanyaan banyak generasi muda. Namun, DPR RI adalah profesi yang unik dalam demokrasi tetap relevan dengan era industri 4.0 dan Society 5.0 memiliki peran DPR RI yang semakin berkurang karena semakin baik berkat dukungan kecerdasan buatan memiliki karakteristik mekanistis, berulang, dan penuh kepastian.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mempercepat menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas), menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU), menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (PERPU) yang diajukan Presiden untuk ditetapkan menjadi Undang-Undang (UU), dan menyerap aspirasi netizen.
Abdurrofi Abdullah Azzam menilai, pertanyaan ini muncul salah satunya sebagai sindiran generasi muda yang melek teknologi terhadap kinerja DPR RI agar lebih cepat, lebih banyak, dan lebih baik di parlemen Indonesia pada revolusi industri keempat.
Pada tahun 2018 Parlemen Inggris, kota London pada sidang tentang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mengundang robot bernama Pepper ke komite pendidikan menyampaikan pidato dengan cara yang sama seperti orang Inggris menunjukkan "potensi" robot.
ADVERTISEMENT
DPR RI digantikan robot merupakan teguran halus bagi DPR untuk bekerja dengan lebih baik lagi, dari segi efektivitas, efisiensi, responsif, dan akseleratif dalam menyusun legislasi, perencanaan anggaran hingga pengawasan terhadap peran pada era digital.
ilustrasi pixabay.com
Karena bila tidak, bukan tidak mungkin di masa depan akan semakin banyak posisi DPR RI yang bisa digantikan robotika seperti Papper sesuai dengan kemajuan teknologi pada revolusi industri keempat.
Abdurrofi Abdullah Azzam percaya bahwa hampir semua aktivitas manusia di masa depan akan terkait dengan kecerdasan buatan dengan kajian dan persiapan cermat bagi Indonesia.
Gagasan DPR RI diganti robot sebenarnya akan memudahkan penyerapan aspirasi bagi masyarakat dan pertanyaan ini pun menunjukkan bangsa Indonesia siap untuk menyambut era semuanya terhubung di dunia maya dan hasil optimal yang diperoleh oleh robot memiliki kecerdasan buatan melebihi kemampuan manusia diberi masukan ke ruang fisik parlemen modern.
ADVERTISEMENT
Karena demokrasi menjadi lebih murah dan efisien sehingga bisa menjadi faktor akselerasi bagi pembangunan nasional berkelanjutan menuju Society 5.0 dalam ruang fisik parlemen modern.
Indonesia hanya perlu menyiapkan ekosistem digital yang dimulai dengan orang-orang yang ahli di bidang teknologi komunikasi dan informasi, sistem operasi dalam aplikasi parlemen modern, perlindungan data warga negara Indonesia, server penyimpanan aspirasi masyarakat, jaringan internet 5G, dan membagikannya kepada publik tentang cara menggunakannya dengan bijaksana.
Pertanyaan ini sebagai upaya transformasi digital parlemen modern ini bisa mengurangi gaji DPR DPR RI. Terlihat, gaji bulanan yang diterima anggota DPR RI mencapai Rp 50 juta, sedangkan yang merangkap Ketua DPR RI lebih dari Rp 65 juta dan wakil DPR RI lebih dari Rp 62 juta yang diungkapkan DPR RI Fraksi PDIP, Krisdayanti.
ADVERTISEMENT
DPR RI digantikan robot tidak gemuk atau besar dalam perencanaan yang lebih matang dan komprehensif akan dihubungkan dengan algoritma sehingga DPR RI bisa terbebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang masih sering ada di Indonesia.(*)