Televisi Digital Memberi Banyak Manfaat

Fachrudin Ali Ahmad
Saat ini bekerja sebagai Pranata Humas Ahli Muda di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI. Lulus Strata Satu (S1) dari FIKOM UNPAD. Tahun 2012 menyelesaikan Magister (S2) Kesehatan Masyarakat UI
Konten dari Pengguna
2 Desember 2021 12:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fachrudin Ali Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menonton Tv. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menonton Tv. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nila begitu gembira. Sekarang dirinya bisa menikmati siaran televisi di rumahnya di Kabupaten Indramayu dengan jelas dan jernih. Ini berkat kotak kecil hitam yang disambungkan ke televisi lama yang dimiliki satu-satunya.
ADVERTISEMENT
Suaminya sengaja membeli untuknya setelah mendengar informasi dari tetangga jika sekarang bisa menikmati beragam saluran. Berbeda saat dirinya dan tetangganya masih pakai antena biasa yang disambungkan ke televisi. Hanya beberapa saluran yang bisa dilihat.
Suaminya setelah mendengar informasi ini lantas bergegas ke toko elektronik untuk membeli kotak hitam itu. Setelah bertanya, oleh penjualnya ditawarkan dekoder penangkap sinyal televisi digital. Harganya sekitar tiga ratus lima puluh ribu.
Hati Nila girang tak kepalang. Dia dapat menonton acara dangdut kesukaannya di Indosiar. Sebelum menggunakan kerap ditemui saat menonton acara kesukaannya itu sinyal hilang dan gambar di televisi terdapat bintik-bintik. Apalagi pas hujan besar, sama sekali acara favoritnya tidak bisa ditonton.
Jika muncul kejadian seperti itu, Nila suka menonton di tetangganya yang lain yang memiliki antena parabola. Tetapi hal ini tidak sepenuhnya memecahkan masalah. Saat antena parabola mengalami gangguan, perbaikannya cukup lama karena harus menghadirkan teknisi untuk memperbaiki antena parabola. Tidak bisa setiap waktu datang ketika dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Kini semuanya berubah. Dirinya bisa kapanpun menikmati acara televisi dengan sepuasnya. Dulu hanya beberapa saluran televisi yang bisa dilihat. Sekarang, hampir sebagian televisi nasional bisa dilihat dengan jelas dan jernih. Termasuk televisi lokal yang mengudara di daerahnya.
Fenomena Nila dan beberapa keluarga lain di Indonesia merupakan hal yang jamak ditemukan. Khususnya di daerah pedesaan dan di kampung-kampung di kawasan pegunungan dan nelayan.
Hasil pantauan NIELSEN Television Audience Measurement (TAM) di Indonesia tercatat selama masa pandemi Covid-19 terjadi lonjakan orang menonton televisi. Rilis yang dikeluarkan TAM tanggal 23 Maret 2020 dari 11 kota yang diamati menunjukkan rata-rata kepemirsaan TV mulai meningkat dalam seminggu terakhir, dari rata-rata rating 12% di tanggal 11 Maret menjadi 13,8% di tanggal 18 Maret atau setara dengan penambahan sekitar 1 juta pemirsa TV.
ADVERTISEMENT
Durasi menonton TV pun mengalami lonjakan lebih dari 40 menit, dari rata-rata 4 jam 48 menit di tanggal 11 Maret menjadi 5 jam 29 menit di tanggal 18 Maret. Penonton dari kelas atas (upper class) menunjukkan kecenderungan lebih lama menonton televisi sejak 14 Maret dan jumlahnya juga terus meningkat.
Data TAM menunjukkan aktivitas penduduk Indonesia menonton televisi cukup tinggi. Televisi yang menyiarkan saluran secara utuh dan jelas dengan kualitas audio yang bagus jelas memberi hiburan dan manfaat bagi masyarakat. Apalagi pada kondisi yang sulit seperti sekarang ini.
Migrasi ke televisi digital memang sudah seharusnya dilakukan. Indonesia jauh terbelakang dibandingkan negara lain. Jangankan dibanding negara maju, di tingkat ASEAN Indonesia jauh tertinggal. Secara keseluruhan di tingkat global sudah 85 persen wilayah dunia telah mengimplementasikan televisi digital. Seluruh negara di benua Eropa, Amerika dan Australia telah menyelesaikan seluruh proses migrasi.
ADVERTISEMENT
Memberi Manfaat Penikmat Televisi
Pengguna televisi analog kerap mengeluh buruknya siaran yang ditangkap. Ada beberapa kelemahan yang sering muncul. Seringkali muncul gangguan visual di layar televisi. Ini ditemui di wilayah perbukitan dan adanya gangguan fisik seperti bangunan tinggi.
Penggunaan TV analog menyediakan jumlah kanal saluran televisi yang terbatas. Kerapkali tampilan warna bermasalah selain adanya kesalahan sinyal kecil bisa menyebabkan degradasi gambar. Saat gangguannya semakin memburuk, gambar juga semakin memburuk.
Perpindahan ke kanal televisi digital, memberi penikmat televisi di rumah dan tempat-tempat lain manfaat lebih banyak. Inventasi di awal saat membeli televisi yang memiliki kemampuan menerima siaran televisi digital DVBT2 menjadi bukan persoalan. Jika tak mampu membeli karena harganya masih cukup mahal (kurang lebih di atas 1 juta) cukup membeli perangkat set top box (STB) atau dekoder yang lebih terjangkau dan tidak perlu mengganti televisi.
ADVERTISEMENT
Televisi digital memberi banyak layanan kanal gratis. Penonton harus membayar untuk menerima saluran televisi berbayar atau memasang antena parabola yang lebih mahal ketika menggunakan layanan analog. Selain itu, penggunaan daya listrik lebih hemat dan murah sekaligus tahan terhadap gangguan derau (noise) yang menyebabkan gambar menjadi bintik-bintik, semut dan berbayang.
Masyarakat tidak perlu ragu dan khawatir. Dengan teknologi yang bergerak cepat dan layanan televisi digital yang bervariasi, investasi diawal untuk membeli perangkat baru menjadi murah tentunya.