Kisah Para Hacker Muda Indonesia

3 April 2017 5:57 WIB
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Hacker (Foto: Thinkstock)
Di era serba-internet ini, para ahli teknologi informasi dan pemrograman makin dicari. Sebab ketika semua data --mulai transaksi keuangan, pasar saham, dan banyak hal lain-- disimpan di dunia maya, keamanan atasnya jadi perhatian.
ADVERTISEMENT
Untuk pengembangan teknologi komputer dan sistem elektronik yang lebih baik, kemampuan para hacker juga sering kali dibutuhkan. Dan Indonesia memiliki bibit-bibit andal untuk itu. (Baca )
Sebut saja Jim Geovedi, pria kelahiran Bandar Lampung, 28 Juni 1979. Ia mampu meretas satelit di angkasa. Jim yang kini tinggal di London, Inggris, belajar secara otodidak mengenai peretasan selepas bangku SMA.
Meski tak mencicipi bangku kuliah, Jim membuktikan kemampuannya menjadi hacker kelas dunia dengan meretas 2 satelit Indonesia dan 1 satelit China.
Kepada media Jerman, Deutsche Welle, Jim mengatakan menggeser satelit China dan mengubah rotasi satelit Indonesia atas permintaan kliennya, yakni untuk menguji sistem kontrol keamanan satelit.
ADVERTISEMENT
"Kalau mau, saya bisa mengontrol internet seluruh Indonesia. Saya bisa mengalihkan traffic (lalu lintas data), saya bisa mengamati traffic yang keluar ataupun masuk Indonesia. Saya bisa memodifikasi semua transaksi keuangan," ujar Jim dalam wawancaranya bersama DW, tahun 2013.
Namun Jim tidak melakukannya, karena tidak tertarik dan tergoda untuk melakukan hal itu.
Selain Jim, Indonesia memiliki anak-anak muda lain yang berbakat. Cerita mereka mungkin sedikit berbeda dari Jim.
"Keisengan" anak-anak muda itu membuat mereka pernah dicari-cari hingga dipidana. (Baca juga: )
Yayan, Jim Geovedi, Dani Firmansyah, & Yogi N (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Pada 2004, Dani Firmansyah yang kala itu berusia 20 tahun, meretas hasil Tabulasi Nasional Pemilu pada Komisi Pemilihan Umum.
Pria asal Kebumen, Jawa Tengah, itu masuk ke situs KPU menggunakan nama Xnuxer, lalu menggati nama-nama partai peserta Pemilu. Nama-nama partai itu ia ubah menjadi Partai Jambu, Partai Nanas, Partai Kolor Ijo, dan segudang nama nyeleneh lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuatnya harus berhadapan dengan hukum. Dani tertangkap di Yogyakarta dan menjalani masa sidang selama 6 bulan. Selama itu pula Dani harus mendekam di balik jeruji Rumah Tahanan Salemba hingga proses pengadilan selesai.
Dani, saat itu, mengatakan hanya bermaksud menguji sistem keamanan KPU. Kini Dani menjadi praktisi sekuriti profesional.
Ilustrasi Hacker (Foto: Thinkstock)
Januari 2013, seorang pemuda berusia 19 tahun lulusan STM jurusan Teknik Bangunan asal Jember, Jawa Timur, berhasil membobol situs presidensby.info.
Pemuda itu kemudian diketahui bernama Wildan Yani Ashari alias Yayan, lulusan SMK Balung. Pria kelahiran 18 Juni 1992 itu melakukan peretasan di Warung Internet (Warnet) Surya.com yang dijaganya.
Aksi peretasannya membuat pengguna internet tak dapat mengakses laman presidensby.info yang sebenarnya, namun justru masuk ke file Jember Hacker Team.
ADVERTISEMENT
Meski menggunakan keterangan Jember Hacker Team, Yayan melakukan aksinya seorang diri.
Yayan ditangkap pada 25 Januari 2013 di warnet, dan menjalani proses persidangan. Ia lalu divonis 6 bulan penjara.
Selepas dari tahanan, Yayan disekolahkan dan direkrut Mabes Polri untuk mendapat pendidikan khusus teknologi informasi untuk menjadi staf Tim Cyber Crime Mabes Polri.
Sultan Haikal (Foto: Dok. Istimewa)
Tim Subdit 1 Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap Sultan Haikal pada Kamis (30/3) di rumahnya, Situ Gintung, Tangerang Selatan.
Sultan Haikal membobol situs tiket.com yang tersambung pada sistem penjualan tiket Citilink, mengambil deposit tiket, dan menjualnya. Dia diperkirakan meraup untung Rp 4,1 miliar dan membuat Citilink merugi atas ulahnya.
Haikal melakukan pembobolan pada 11-27 Oktober 2016 dan sempat menjadi buronan polisi sebelum akhirnya ditangkap polisi. (Baca: )
ADVERTISEMENT
Haikal yang berusia 19 tahun namun belum lulus SMP itu belajar otodidak dalam melakukan peretasan. Ia kini terancam hukuman 8 tahun penjara dan denda Rp 800 juta atas tindakannya.
Menurut ahli hukum pidana Universitas Indonesia, Ganjar Bondan, Haikal tetap perlu dipidana.
"Mengingat ada sifat jahat pada perbuatannya, pembinaan bisa dilakukan berbarengan dengan proses pemidanaannya," kata Ganjar.
Pembinaan sekaligus pemidanaan diperlukan untuk melihat apakah tindakan Haikal dilakukan karena ketidaktahuan atau memang dilandasi sikap batin jahatnya.
"Karena perbuatannya telah menguntungkan dirinya sekaligus menimbulkan kerugian di pihak lain, perlu proses hukum. Setidaknya dengan pidana percobaan," ujar Ganjar.
Ilustrasi Hacker (Foto: Thinkstock)
Indonesia masih memiliki kisah para hacker lain yang hingga kini masih belum diketahui kelanjutannya.
Akun bernama E5a_Cyb3r yang kemudian diketahui bernama Erza Julian pernah membobol situs KPU pada 2014. Dia juga kemudian mengembalikan situs KPU menjadi normal lagi.
ADVERTISEMENT
Erza ialah anggota dari grup hacker terkenal Indonesia, Manusia Biasa Team dan Anonymous Hacker Indonesia.
Di dunia cyber, Yogi Nugraha yang lebih dikenal dengan nama Bio666x, pernah mematikan jaringan internet Malaysia dan men-defacing (mengubah tampilan laman) 1.700 situs pada usia 19 tahun.
Namun, tidak diketahui kelanjutan cerita tersebut.
Kamu punya informasi dan kisah lain tentang para hacker muda negeri ini? Share di kolom komentar kumparan ya ;)
(Baca juga )
Ilustrasi Hacktivism (Foto: Istimewa)
Catatan redaksi
Gambar kolase Yayan, Jim Geovedi, Dani Firmansyah, dan Yogi N di atas mengalami perubahan pada bagian foto Dani Firmansyah, karena kesalahan wajah yang bersangkutan. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
ADVERTISEMENT