Prabowo Dinilai Lebih Mudah Dikalahkan Jokowi daripada Gatot

20 April 2018 9:49 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto di Rakornas Gerindra (Foto: Dok. Gerindra)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto di Rakornas Gerindra (Foto: Dok. Gerindra)
ADVERTISEMENT
Partai Gerindra telah memberikan mandat kepada ketua umumnya, Prabowo Subianto, untuk maju sebagai capres di Pilpres 2019. Namun, rupanya tidak sedikit yang meragukan kiprah Prabowo yang ketiga kalinya --setelah 2009 maju sebagai cawapres Megawati dan 2014 maju sebagai capres bersama Hatta Rajasa-- ini.
ADVERTISEMENT
Pengamat politik Adi Prayitno menyebutkan, peluang Prabowo untuk kembali maju sebenarnya sulit. Sebab, baik PAN maupun PKS --dua partai yang telah mengajukan nama cawapres untuk Prabowo-- sebenarnya belum benar-benar setuju untuk maju mengusung Prabowo atau tidak.
"PKS misalnya, menyatakan belum tentu Prabowo kita dukung kalau maju. Kan begitu," jelas Adi saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Kamis (19/4).
Adi menyebutkan, jika Prabowo tetap ngotot untuk maju, kemungkinan kalahnya lebih besar. Sebab, jika dilihat dari segi dukungan partai, elektabilitas, maupun prestasi, Prabowo sudah kalah dari lawannya, Joko Widodo.
"Nah, itulah yang kemudian sepertinya PAN dan PKS sedang memikirkan ulang, apakah tetap ingin mengusung Prabowo. Kan tentu saja PKS dan PAN ini tidak mau berkoalisi dengan orang yang jelas-jelas gampang dikalahkan," kata Adi.
ADVERTISEMENT
"Pak Prabowo, dengan siapa pun calon yang akan gampang dikalahkan," imbuhnya.
Pertemuan Gerindra, PKS, PAN di kediaman Prabowo (Foto: Ricad Saka/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Gerindra, PKS, PAN di kediaman Prabowo (Foto: Ricad Saka/kumparan)
Sebab, untuk bisa maju Prabowo harus bisa menggandeng PAN atau PKS --atau keduanya-- untuk memenuhi syarat presidential thershold. Namun, tentu saja PKS dan PAN tidak memberikan tiket kosong kepada Prabowo, mereka ingin Prabowo mengambil cawapres dari internal partainya.
"Problemnya nama capres dari PAN dan PKS ini tidak memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi Jadi kalau poros Prabowo terbentuk, dan Prabowo maju wakilnya dari PAN atau PKS, sudahlah selesai," tegasnya.
Meski demikian, menurut Adi, Gerindra masih punya peluang asal mau mengajukan calon lainnya yang lebih berpotensi, misalnya mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Adi menuturkan, meski Gatot belum memiliki kendaraan politik, namun keinginannya untuk maju sudah disambut positif oleh beberapa parpol.
ADVERTISEMENT
"Kan ada sejumlah elite PKS yang sudah mendatangai Pak Gatot. Ya, Pak Gatot ini bisa maju," tambahnya.
Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan (Foto: Wanda Hidayat/kumparan, Antara/Wahyu Putro A)
zoom-in-whitePerbesar
Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan (Foto: Wanda Hidayat/kumparan, Antara/Wahyu Putro A)
Jika Gatot maju, Adi menyebutkan ada kemungkinan akan menarik Demokrat untuk ikut merapat. Sebab, Gatot secara ideologi memiliki kedekatan dengan Sarwo Edhie, mantan Panglima yang namanya selalu dekat dengan Demokrat.
"Pak Gatot pernah cukup lama memiliki hubungan yang baik (dengan Sarwo Edhie). Jangan-jangan memang Pak Gatot ini adalah sosok yang diusung oleh PKS, PAN, dan Demokrat. Kita tidak pernah tahu, karena sejauh ini PKS maupun PAN itu belum tentu saja setuju kalau Pak Prabowo yang maju," ungkap Adi.
Jika Gatot maju, menurut Adi, pasangan yang paling tepat untuk mendampingi bisa jadi adalah Gubernur DKI Anies Baswedan. Sebab, meski sama-sama belum memiliki kendaraan politik namun keduanya cukup menarik perhatian masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Orang ini, di media online, media cetak, pembacanya banyak. Coba cek, kalau Gatot sama Anies, yang membaca banyak sekali. Ini kan ada anomali, ada kesan memang merindukan sosok alternatif baru," jelas Adi.
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)