Menristekdikti: Temuan yang Tidak Dikomersialisasi Bukanlah Inovasi

23 Oktober 2017 21:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristekdikti Muhammad Nasir. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
zoom-in-whitePerbesar
Menristekdikti Muhammad Nasir. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
ADVERTISEMENT
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan riset yang berbasis permintaan pasar sangatlah penting.
ADVERTISEMENT
"Kalau ada suatu temuan atau inovasi yang dilakukan itu tapi tidak dikomersialisasikan, itu bukan inovasi," kata Nasir dalam acara Indonesia Science Expo (ISE) 2017 di Jakarta, Senin (23/10).
Menurut Nasir, pengertian inovasi adalah invention dikalikan dengan komersialisasi.
Ia menuturkan para peneliti zaman dahulu biasanya meneliti berdasarkan apa yang para peneliti itu ingin teliti. "Akibatnya, hasil inovasinya tidak bisa digunakan oleh industri."
Maka dari itu Nasir kemudian mencoba membalikkan alur hubungan antara para peneliti dan industri dalam memulai riset. Kini, kata Nasir, pemerintah telah perlahan-lahan menggeser alur awal riset dengan mengarahkan para peneliti untuk melakukan riset-riset sesuai yang ingin dikembangkan atau diperlukan oleh industri.
Indonesia Science Expo (ISE) 2017 (Foto: Utomo Priyambodo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia Science Expo (ISE) 2017 (Foto: Utomo Priyambodo/kumparan)
Nasir menyebut konsep alur tersebut sebagai research based on market driven. "Artinya riset itu beradasarkan pada permintaan atau riset berbasis pada pasar," papar Nasir.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, konsep tersebut terbukti telah meningkatkan jumlah riset di Indonesia yang akhirnya bisa dikomersialisasi atau digunakan oleh industri.
"Tahun 2014 inovasi yang bisa menjadi industri dari hasil-hasil penelitian hanya 15," katanya.
Namun pada tahun 2015, 2016, dan 2017, jumlah tersebut telah meningkat masing-masing menjadi 52, 205, dan 661.
Ke depannya, Nasir mengatakan pihaknya akan membentuk konsorsoium riset pada bidang-bidang tertentu. Sehingga di masa mendatang para peneliti tidak bisa lagi melakukan riset sembarangan, tapi harus pada bidang-bidang yang sesuai dengan Rencana Induk Riset Nasional.
Dengan semakin banyak inovasi yang digunakan oleh industri, akan semakin banyak pula manfaatnya bagi masyarakat, kata Nasir dalam acara yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut.
ADVERTISEMENT
Indonesia Science Expo (ISE) 2017 (Foto: Utomo Priyambodo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia Science Expo (ISE) 2017 (Foto: Utomo Priyambodo/kumparan)
ISE tahun ini menggusung tema "Science for Sustainable Future". Pameran ini diklaim sebagai acara yang istimewa karena merupakan bagian dari puncak acara peringatan 50 tahun berdirinya LIPI.
Ada 176 peserta yang mengikuti pameran ini. Mereka berasal dari kementerian dan lembaga pemerintah, industri kreatif, perusahaan start-up di bidang teknologi, Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, organisasi ilmiah, serta siswa-siswi dari sekolah tingkat dasar hingga atas yang menjadi finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventors Award (NYIA) yang diadakan LIPI.
ISE 2017 akan berlansung di Balai Kartini selama empat hari, mulai 23-26 Oktober 2017, sejak pukul 09.00 hingga 21.00 WIB.