Kinerja Industri Manufaktur Terus Merosot karena Daya Beli Turun

3 Agustus 2017 13:19 WIB

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
ADVERTISEMENT

Kinerja industri manufaktur terhadap PDB nasional dari tahun ke tahun terus menurun. Padahal selama ini industri manaufaktur menjadi tulang punggung ekonomi, khususnya industri yang berorientasi ekspor dan yang menyerap banyak tenaga kerja.

ADVERTISEMENT

"Kita ingin industri manufaktur bisa kembali di atas 20 persen terhadap PDB. Kita pernah mencapai hampir 28 persen, sekarang di 20 persen (19,90 persen) tapi itu masih yang terbesar (penyumbang PDB)," ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, dalam paparannya di acara Seminar Nasional BI dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Menara Sjafruddin Prawiranegara, Kompleks BI, Thamrin, Jakarta, Kamis (3/8).

Menurut Mirza, salah satu yang menjadi penyebab merosotnya industri manufaktur adalah daya beli masyarakat yang tengah menurun. Belum lagi perlambatan ekonomi global yang sudah terjadi sejak tahun 2015.

"Pertama, perlambatan perekonomian dunia di tahun 2015 dan awal 2016 berimbas pada permintaan terhadap produk industri Indonesia yang menurun. Masyarakat saat ini itu cenderung menambah tabungan dan menekan konsumsi, daya beli masyarakat jadi menurun. Karena permintaan menurun, maka penawaran juga menurun," paparnya.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)

ADVERTISEMENT

Selain itu, masalah lainnya adalah gempuran barang-barang impor yang harganya jauh lebih murah. Faktor ini yang menjadi pukulan telak bagi pelaku usaha di industri manufaktur yang ada di Indonesia.

"Produk-produk impor masih terus membanjiri pasar dalam negeri, menyebabkan produksi dalam negeri terpinggirkan. Sektor industri menyesuaikannya dengan mengurangi produksi," sebutnya.

Mirza mengatakan BI akan ikut mendorong industri manufaktur, terutama dengan meningkatkan rasio kredit manufaktur. Saat ini kredit manufaktur baru menyumbang 17 persen dari total kredit perbankan, turun dari posisi sebelumnya 20 persen.

"Memang di sini kita harus terus dorong manufaktur. Jadi bank itu kan respon permintaan, kalau memang permintaan sektor manufaktur ada dan layak tentu diberi kredit," katanya.