Kemendikbud Gunakan Kalimat 'Kids Zaman Now' di Twitter Agar Kekinian

19 Oktober 2017 12:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kids Jaman Now (Foto: Twitter/@kemendikbud)
zoom-in-whitePerbesar
Kids Jaman Now (Foto: Twitter/@kemendikbud)
ADVERTISEMENT
Unggahan Kemendikbud dalam akun Twitter yang mengoreksi penulisan 'kids jaman now' menjadi 'kids zaman now' ramai dibahas warganet. Banyak yang mengkritik balik Kemendikbud karena hanya mengoreksi kata 'zaman'. Warganet mempermasalahkan Kemendikbud yang membiarkan kata dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tercampur dalam satu kalimat.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat, Ari Santoso, menjelaskan pihaknya bermaksud melakukan pendekatan kekinian. Menurutnya, Presiden Joko Widodo telah meminta pada semua kementerian agar melakukan pendekatan yang mudah diterima anak muda.
"Ini sesuai arahan Presiden, jangan menggunakan pendekatan model lama. Makanya Presiden pakai vlog, kami malah sudah ketinggalan. Konsepnya kami membenarkan kata yang salah, dengan bahasa anak-anak zaman sekarang," ujar Ari saat dikonfirmasi kumparan (kumparan.com), Kamis (19/10).
Ari mengatakan, jika Kemendikbud masih menggunakan pendekatan model lama, anak-anak muda tak akan tertarik. Sasaran Kemendikbud untuk membumikan Bahasa Indonesia sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) tidak tersampaikan.
"Meskipun saya sudah usia 51, tapi kalau mau masuk ke anak muda yang sukanya main kelereng, ya saya main kelereng. Tapi saya beri tahu main kelereng itu yang benar begini lho. Kalau saya enggak ikut main, ya bagaimana saya bisa masuk (ke anak muda)," ujarnya menganalogikan penggunaan kata 'kids zaman now' tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun menurutnya, akan lebih baik jika anak-anak muda tersebut menggunakan Bahasa Indonesia seluruhnya. "Akan lebih baik jika seluruhnya menggunakan kata dalam Bahasa Indonesia," imbuh Ari.
Terkait banyak pihak yang kontra, Ari tak mempermasalahkan. Menurutnya Indonesia dengan beragam penduduk, tidak mungkin semuanya memiliki pola pikir sama.
"Memang sih saya yakin pasti ada yang tidak setuju, ya enggak apa-apa," tuturnya.