Kapolri: Yang Bikin Negara Pecah soal Kesejahteraan, Bukan Agama

17 Juli 2018 10:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolri Jenderal Tito Karnavian hadir Silaturahmi Nasional Dai Kamtibmas. (Foto: Mirsan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri Jenderal Tito Karnavian hadir Silaturahmi Nasional Dai Kamtibmas. (Foto: Mirsan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menghadiri Silaturahmi Nasional Dai Kamtibmas di Bidakara Hotel, Jakarta Selatan. Ratusan Dai yang hadir, merupakan perwakilan dari Polda se-Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Tito mengungkapkan peran Dai sangat penting menjaga keamanan Indonesia. Selain itu, Tito menyinggung soal masalah kesejahteraan yang hingga saat ini belum berhasil diselesaikan.
“Ini pertanyaan kritis, seorang akademis, seorang intelektual. Itu adalah berani membuat pertanyaan yang dibalik pertanyaannya. Nah begitu, kalau saya berpendapat negara ini memiliki potensi untuk pecah. Pecahnya di mana? Ada dua, dari dalam internal, dan dari eksternal. Internalnya di mana, yang paling rawan adalah kita belum mampu membangun kelas menengah,” kata Tito di Bidakara Hotel, Jakarta Selatan, Selasa (17/7).
Tito mengungkapkan, bukan masalah agama dan suku yang memicu terjadinya perpecahan bangsa Indonesia. Tapi, kata Tito, perpecahan terjadi karena masih banyak rakyat yang belum sejahtera.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian hadir Silaturahmi Nasional Dai Kamtibmas. (Foto: Mirsan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri Jenderal Tito Karnavian hadir Silaturahmi Nasional Dai Kamtibmas. (Foto: Mirsan/kumparan)
“Artinya masalah kesejahteraan, bukan masalah agama, bukan masalah suku, bukan masalah ras, No. Masalah yang terpenting bagi bangsa ini yang bisa membuat negara ini pecah adalah kesejahteraan,” ujar Tito.
ADVERTISEMENT
Menurut Tito, permasalahan kesejahteraan masyarakat dimulai sejak kepemimpinan Soekarno hingga hingga saat ini. Untuk menghindari perpecahan, Tito mengatakan Indonesia harus kuat dalam hal ekonomi dan SDM.
“Kita harus jujur bahwa kita belum mampu menciptakan kelas menengah yang besar. Negara yang kuat adalah negara yang memiliki kelas menengah, midle class yang besar, yaitu mereka yang cukup secara ekonomi, dan mereka memiliki cukup terdidik, terlatih, memiliki daya nalar dan rasionalitas yang bagus,” tandasnya.
Hingga saat ini Kapolri masih memberikan penjelasan materi perkembangan situasi Indonesia di hadapan ratusan Dai dari berbagai daerah.