news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BNPB: Budaya Mitigasi Bencana Masyarakat Indonesia Lemah

2 Oktober 2018 23:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat konfrensi pers terkait bencana Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat konfrensi pers terkait bencana Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho menganggap budaya sadar bencana dan mitigasi yang dimiliki masyarakat Indonesia masih lemah. Menurutnya, pengetahuan masyarakat tentang mitigasi bencana belum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, Indonesia adalah negara rawan bencana, khususnya gempa, tsunami, dan gunung berapi.
ADVERTISEMENT
“Ini menyangkut masalah budaya sadar bencana. Pengetahuan bencana (masyarakat Indonesia) meningkat sejak tsunami Aceh, tapi belum menjadi sikap perilaku dan mitigasi kita masih cukup lemah,” kata Sutopo saat acara Forum Merdeka Barat di Kementerian Komunikasi dan Informasai, Jakarta Pusat, Selasa (2/10).
Warga melintasi jalanan yang rusak akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintasi jalanan yang rusak akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Sutopo mengatakan, lemahnya mitigasi bencana dibuktikan dengan rusaknya sejumlah alat deteksi bencana alam, seperti buoy atau alat pendeteksi tsunami. Menurut Sutopo, rusaknya alat-alat tersebut karena pengrusakan yang dilakukan orang tak bertanggung jawab.
Buoy atau jaringan (pendeteksi) tsunami sejak 2012 tidak dapat beroperasi. Sebagian besar rusak karena vandalisme. Itu (buoy) di tengah samudera, sudah dikasih angker (jangkar -red),” jelasnya.
"Tidak bisa dijaga karena di tengah samudera. Ada nelayan merapatkan kapal tak-tok-tak-tok (tersenggol) lepas. Ada kerlap-kerlip ditarik diambil dikira lampu, dan sebagainya," imbuhnya.
Buoy, alat pendeteksi datangnya gelombang tsunami. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Buoy, alat pendeteksi datangnya gelombang tsunami. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data BNPB, tak ada buoy yang berfungsi saat tsunami menghantam Palu, Jumat (26/9). Padahal buoy bekerja sebagai pendeteksi adanya kenaikan ombak di area-area yang rawan gempa dan tsunami. Alatnya berupa pemancar yang dipasang di tengah laut. Buoy akan memancarkan sinyal bila terdeteksi ada gelombang tinggi.
Presiden Jokowi juga telah meminta agar alat-alat pendeteksi tsunami, seperti buoy diberi pengaman. Hal itu dilakukan agar buoy tersebut tak lagi dirusak masyarakat atau hilang di lautan.