Jogja Hiphop Foundation Bawa Kehangatan Yogya ke Dinginnya Deventer

8 Desember 2017 6:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian wilayah Eropa saat ini sudah mulai memasuki musim dingin, tidak terkecuali Belanda. Negara yang terkenal dengan kincir angin dan bunga tulipnya itu sedang diselimuti udara menusuk tulang sebelum salju turun beberapa hari lagi.
ADVERTISEMENT
Deventer, kota di ujung timur Belanda, saat ini bersuhu 2 derajat Celcius disertai embusan angin yang bikin menggigil. Seperti malam pada musim dingin umumnya, Deventer yang merupakan kota kecil selalu sunyi saat malam datang. Orang-orang akan lebih memilih berada di dalam ruangan dengan penghangat.
Tapi berbeda dengan suasana Kamis (7/12) malam. Salah satu sudut ruangan Deventer menjadi lebih hangat. Bukan karena lampu-lampu pohon natal yang memenuhi kota, tapi ada semangat Yogya yang menghangatkan Deventer malam ini.
4 pemuda Yogya yang selalu lantang meneriakkan sindiran sosial saat manggung, datang ke Deventer. Mereka, Jogja Hiphop Foundation (JHF) membawa kehangatan Yogya di tengah dinginnya Deventer yang telah mendekati titik beku.
Jogja Hiphop Foundation manggung di Belanda. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
Marzuki ‘Kill the DJ’ dan member lainnya menghentak kota yang berpenduduk kurang dari 100 ribu orang itu dengan lirik-lirik sindiran mereka. Meski manggung di Belanda, para personel JHF tetap menyanyikan lagu-lagu yang banyak terinspirasi dari lirik-lirik di sastra Jawa.
ADVERTISEMENT
Lagu ‘Song of Sabdatama’ membuka keheningan di Burgerwesshuis, tepat di tengah Kota Deventer. Lagu yang judulnya diambil dari ‘Sabda Utama’ Sultan Hamengkubuwono X langsung membuat penonton -yang sebagian adalah senior citizen- berjoget.
‘Song of Sabdatama’ berisi lirik yang menyampaikan semangat kebersamaan warga Yogya, semangat menjaga harmoni tanpa memandang suku dan agama.
Maybe you guys not know our language, just enjoy it,” kata Kill the DJ.
Jogja Hiphop Foundation manggung di Belanda. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
M2MX, Radjapati, Balance, Ki Ageng Gantas dan Kill the DJ kemudian menyanyikan lagu ’Cintamu Sepahit Topi Miring’ dilanjutkan dengan lagu ‘Sedulur’. ‘Sedulur’ menceritakan tentang arti persahabatan meski berbeda. Melalui lagu itu, JHF ingin menyampaikan pesan bahwa tidak alasan untuk terpecah belah hanya karena perbedaan ras dan budaya.
ADVERTISEMENT
Saat lagu ‘Jogja Istimewa’ berkumandang, para WNI penggemar JHF yang datang ke Deventer langsung berteriak suka cita. Mereka ikut bernyanyi, berjoget dan melompat, hanyut dalam hentakan irama.
“Jogja, Jogja, tetap istimewa, istimewa negerinya, istimewa orangnya,” teriak penonton mengikuti alunan musik DJ.
Lagu ‘Jogja Ora Didol’ menjadi penutup hari. Semua bernyanyi dan menari sambil meneriakkan kritik pembangunan Yogya yang membabi buta. Lagu itu berisi kritikan dari warga Yogya yang kini merasa kehilangan kotanya, kehilangan arah budayanya. Yogya seperti kota yang sedang dijual, siapapun asalkan punya modal, boleh ‘membeli Yogya’.
Jogja Hiphop Foundation manggung di Belanda. (Foto: Ikhwanul Habibi/kumparan)
Deventer merupakan salah satu tempat yang menjadi tujuan tur Eropa Jogja Hiphop Foundation. Selama berada di Eropa, JHF juga akan manggung di Brussels dan Den Haag.
ADVERTISEMENT
JHF menjadi salah satu seniman yang terpilih untuk mengisi rangkaian acara Europalia. Europalia merupakan sebuah rangkaian pameran seni yang telah digelar sejak 1969. Europalia yang berpusat di Brussels, Belgia setiap tahunnya menggelar eksibisi seni untuk negara-negara sahabat.
Tahun 2017, Indonesia menjadi negara terpilih untuk mengisi seluruh rangkaian pameran. Beberapa seniman Indonesia diboyong ke Belgia dan Belanda untuk mengisi rangkaian pameran ini.
Pemerintah Indonesia, melalui Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kemendikbud, menjadikan Europalia 2017 sebagai sarana untuk mengenalkan Indonesia lebih dekat kepada masyarakat Eropa. Pendekatan kebudayaan dan hubungan antara manusia dan manusia diharapkan menjadi perekat hubungan Indonesia da Eropa.