Anies: Jokowi Bukan Bangsawan, Tapi Bisa Jadi Presiden

17 Agustus 2018 1:10 WIB
Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan di peresmian Jakarta Internasional Equestrian Park Pulomas, Kamis (2/8). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan di peresmian Jakarta Internasional Equestrian Park Pulomas, Kamis (2/8). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri farewell Cultural Dinner of the 7th World Peace Forum (WPF). Dalam sambutannya, Anies menyampaikan bahwa di Indonesia setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi apa yang diinginkan, karena ada kesempatan dan kesetaraan.
ADVERTISEMENT
Anies pun menyinggung Presiden Joko Widodo, yang menurutnya telah membuktikan bahwa ia bisa menjadi presiden. Meski Jokowi bukanlah seseorang yang berasal dari kalangan yang berada atau bangsawan.
“Hari ini kita melihat contoh jelas adalah Pak Jokowi. Beliau tidak datang dari bangsawan atau kalangan aristokrat. Tapi dia bisa mencapai posisinya saat ini, sistem yang ada saat ini," kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis, (16/8).
Anies menjelaskan kesetaraan sudah dimulai dari para pendiri bangsa Indonesia. Saat itu, kata Anies, sistem kerajaan masih dikenal sehingga ada banyak kerajaan tersebar di seluruh Indonesia. Namun Indonesia bisa mewadahi semuanya.
"Ketika kami merdeka pada 1945, kami punya 428 kerajaan. Tapi yang menarik adalah saat pendiri bangsa yang sangat berpendidikan menyatakan dengan jelas pesan negara ini bukan buat sebagian tapi semua. Semua bisa jadi apa saja," kata Anies menggunakan bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Anies juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang menerima perbedaan. Salah satu buktinya adalah dalam pemilihan bahasa yang tidak berdasarkan mayoritas.
"Ini adalah terobosan terbesar. Dapat anda bayangkan bagaimana perwakikan dari Jawa saat datang ke kongres (saat sumpah Pemuda), setuju mengadopsi bahasa yang bukan mereka. Padahal secara jumlah mereka mayoritas dan mereka setuju menggunakan bahasa Melayu," pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin, ulama, aktivis, dan cendikiawan dari berbagai negara. Kegiatan WPF sudah dilakukan sejak Selasa, (14/8). Tahun 2018 kegiatan ini mengangkat tema ‘The Middle Path for The World Civilizations’.