Bahaya Makan Daging Bebek Berlebih

30 Januari 2018 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi olahan daging bebek (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi olahan daging bebek (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Olahan bebek apa yang kamu sukai? Bebek goreng? Bebek bakar? Atau bebek kaleo?
ADVERTISEMENT
Tidak hanya lezat dan gurih, bebek juga memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi tubuh, yaitu protein, fosfor, niacin, zat besi, riboflavin, seng, vitamin B6 & B12, tiamin, asam folat, serta magnesium. Namun meski kaya nutrisi, terlalu sering memakan daging bebek dapat menyebabkan beragam penyakit, lho.
Hal ini pun dibenarkan oleh ahli gizi, dr. Inge Permadhi, MS, SpGK yang menjelaskan sederet penyakit yang bisa ditimbulkan dari konsumsi daging bebek. Lantas penyakit apa saja yang bisa ditimbulkan? Berikut penjelasan dr. Inge:
1. Obesitas
Ilustrasi Obesitas (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obesitas (Foto: Thinstock)
Bebek kaya akan sumber lemak hewani, yang bermanfaat sebagai sumber energi untuk beraktivitas sehari-hari. Namun menurut dr. Inge, mengkonsumsi terlalu banyak daging bebek akan menyebabkan obesitas.
“Daging bebek itu baik, karena mengandung lemak hewani yang bermanfaat bagi tubuh. Tetapi jika dimakan berlebihan dan tidak diiringi dengan asupan gizi seimbang dan olahraga, nah, bisa terkena obesitas,” ujar dr. Inge saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Senin (29/1).
ADVERTISEMENT
2. Meningkatkan kadar kolesterol
Kolesterol (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kolesterol (Foto: Thinkstock)
Saat mengkonsumsi olahan bebek, lemak hewani akan dihimpun dalam tubuh. Idealnya, manusia membutuhkan asupan lemak di bawah 30 persen per hari. Jika lebih dari jumlah tersebut, maka lemak akan disimpan dalam tubuh. Penumpukan lemak terus menerus dalam tubuh dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol.
“Lemak hewani itu jika ditimbun bisa membuat kolesterol tinggi. Jika sudah begitu, tubuh akan mudah terserang penyakit kronis seperti darah tinggi, asam urat, dan sebagainya,” jelas dr. Inge.
3. Penyumbatan arteri
Ilustrasi darah (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi darah (Foto: Pixabay)
Apabila sering mengkonsumsi olahan bebek atau makanan berlemak lainnya, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah, yang akan menimbulkan plak pada saluran arteri. Jika sudah begitu, beragam penyakit pun akan mudah menyerang, termasuk stroke dan jantung koroner.
ADVERTISEMENT
“Jantung, stroke dan lainnya itu berakar dari penumpukan kolesterol. Jika tidak segera mengubah gaya hidup, risikonya akan fatal,” tambahnya lagi.
4. Memicu diabetes
Diabetes menimbulkan rasa cepat mengantuk (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Diabetes menimbulkan rasa cepat mengantuk (Foto: Thinkstock)
Kandungan lemak dan kolesterol yang cukup tinggi yang terdapat dalam daging bebek dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan. Salah satunya diabetes.
Diabetes merupakan penyakit yang dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat. Dan jika terus menerus dibiarkan akan menyebabkan beragam komplikasi penyakit, seperti gangguan penglihatan, infeksi, gagal ginjal, hingga gagal jantung.
“Diabetes melitus terjadi akibat lifestyle yang tidak seimbang. Gemar makan berlemak namun tidak diiringi asupan makanan sehat dan jarang olahraga, nah hal itulah yang dapat memicu diabetes,” kata dr. Inge.
5. Meningkatkan risiko kanker
Ilustrasi kanker (Foto: THINKSTOCK)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker (Foto: THINKSTOCK)
Tak hanya diabetes, tingginya lemak dan kolesterol yang terkandung dalam bebek juga nyatanya bisa menyebabkan kanker. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Science, mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi seperti bebek dalam durasi yang terlalu sering dapat berisiko kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, dr. Inge menyarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat seperti tidak terlalu sering memakan makanan berkolesterol tinggi, memilih asupan yang kaya gizi, serta rutin berolahraga.
“Gaya hidup yang sehat dapat menghindarkan dari risiko penyakit-penyakit kronis,” ucap dr. Inge.