MRT Jakarta Tawari AS Proyek Fase III Cikarang-Balaraja

25 Juni 2019 9:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana proyek stasiun MRT. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana proyek stasiun MRT. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pembangunan megaproyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta akan segera memasuki fase II dengan rute Bundaran HI-Kota. Pembangunan ini diperkirakan bakal memakan dana hingga Rp 22,5 triliun. Lembaga Pembiayaan Pembangunan Pemerintah Amerika Serikat atau Overseas Private Investment Corporation (OPIC) pun menyatakan bahwa sesungguhnya mereka berminat untuk ikut mendanai proyek tersebut.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mengatakan kemungkinan investor ikut mendanai fase II sepertinya telah tertutup. Sebab, pendanaan fase II sudah ketok palu, yaitu seluruhnya berasal dari pinjaman pemerintah Jepang, melalui Japan Internasional Coorperation Agency (JICA).
“Fase II sudah fix dengan JICA,” ungkap William kepada kumparan, Selasa (25/6).
Meski demikian, William mengungkapkan bahwa investor seperti OPIC masih memiliki kesempatan untuk ikut mendanai pembangunan MRT Fase III. Proyek MRT fase III nantinya memiliki rute Cikarang hingga Balaraja dengan jalur sepanjang 87 km. Jumlah stasiun MRT yang ada di jalur ini juga lebih banyak dari fase I dan II, yaitu 22 stasiun.
“Kalau fase East West silakan kalau ada investor yang berminat. Fase II sudah fix (pendanaannya) oleh Jepang,” ujar William.
Penumpang mengantre memasuki kereta Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta di stasiun Lebak Bulus. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Sebelumnya, Managing Director Asia Pasific OPIC, Geoffrey Tan menyatakan pihaknya berminat ikut mendanai MRT fase II. OPIC pun berharap pemerintah Indonesia membuka skema pendanaan agar private sektor seperti OPIC bisa terlibat.
ADVERTISEMENT
“Kami sesungguhnya berminat (mendanai MRT fase II). Kami masih menunggu. Karena pada fase I, pendanaan berasal dari JICA. Kalau nanti pemerintah Indonesia menggunakan skema yang bisa melibatkan private sector, PPP misalnya. Sebab kami adalah private sektor,” ungkap Tan di Kediaman Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/6).
Pada kesempatan yang sama Kepala Staf OPIC Eric Jones juga menyatakan bahwa pihaknya sangat berminat untuk terus berinvestasi di Indonesia. Menurut Jones, saat ini Jakarta sedang mengarah menjadi kawasan urban terbesar di dunia dalam satu dekade terakhir.
“Indonesia menjadi contoh bagaimana investasi dalam bidang infrastruktur dan teknologi turut mendorong pertumbuhan,” tandasnya.