Malaysia Batalkan Proyek Kereta yang Dikerjakan China karena Kemahalan

26 Januari 2019 14:34 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta di China. (Foto: AFP/STR)
zoom-in-whitePerbesar
Kereta di China. (Foto: AFP/STR)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Malaysia memutuskan untuk membatalkan proyek kereta api senilai USD 20 miliar yang sedang dibangun oleh kontraktor China, China Communications Construction Company. Keputusan itu diambil seusai pemerintah Malaysia gagal melakukan negosiasi penurunan harga.
ADVERTISEMENT
Menteri Perekonomian Malaysia, Azmin Ali, menyampaikan bahwa proyek kereta bernama East Coast Rail Link (ECRL) itu dibatalkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, pada pertemuan kabinet yang digelar minggu ini.
Menurut dia, alasan pembatalan ini karena proyek tersebut terlalu mahal bagi Malaysia yang juga tengah terbebani utang besar dari pemerintahan sebelumnya. Pembatalan itu dianggap sebagai kebijakan terbaik di tengah situasi saat ini.
"Kabinet memutuskan untuk membatalkan proyek karena biaya pengembangan terlalu tinggi, dan kami tidak memiliki kemampuan keuangan saat ini," kata Azmin seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (26/1).
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, pidato di APEC CEO Summit 2018, Papua Nugini. (Foto: Pool via REUTERS/Fazry Ismail)
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, pidato di APEC CEO Summit 2018, Papua Nugini. (Foto: Pool via REUTERS/Fazry Ismail)
Dia menyebut jika proyek tersebut tidak dibatalkan, maka bunga yang harus dibayar pemerintah Malaysia mencapai USD 121 juta. Nilai tersebut dipandang terlalu mahal yang akan begitu membebani keuangan pemerintah Malaysia.
ADVERTISEMENT
“Kami tidak dapat menanggung ini sekarang, oleh karena itu proyek harus dibatalkan tanpa mempengaruhi hubungan baik kami dengan China," ucapnya.
Sebelumnya berdasarkan sumber anonim, proyek ECRL itu sudah lama dikabarkan akan dibatalkan. Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan Menteri Keuangan Malaysia, Lim Guan Eng disebut menolak melanjutkan pembangunan proyek itu.
Mahathir beralasan biaya pembangunan proyek itu terlalu mahal dan belum dibutuhkan Malaysia. Saat Mahathir Mohammad menjabat perdana menteri, China dilobi untuk menurunkan biaya pembangunan jika proyek itu ingin diteruskan.