Kementan: Harga Telur Ayam Naik Akibat Bansos Hingga Libur Panjang

16 Juli 2018 13:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pekerja memberi pakan ayam petelur. (Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pekerja memberi pakan ayam petelur. (Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga telur ayam dalam sepekan terakhir naik menjadi Rp 32.000 per kg, jauh di atas harga acuan yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 22.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan bahwa kenaikan harga telur ayam yang terjadi dalam sepekan terakhir bukan karena stok telur yang menipis.
Berdasarkan data Kementan, produksi telur ayam pada Januari hingga Mei 2018 ada sebanyak 733.421 ton. Sementara kebutuhan telur dari Januari hingga Mei 2018 tercatat sebanyak 723.508 ton. Ada surplus sebanyak 10.913 ton.
Di bulan Juni, Kementan mencatatkan surplus pasokan telur ayam sebesar 2.284 ton. Adapun produksi telur ayam di Juni 2018 sebanyak 153.450 ton dan kebutuhan telur ayam 151.166 ton.
Pedagang Telur di Pasar Jatinegara. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang Telur di Pasar Jatinegara. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Kementan menduga, kenaikan harga telur ayam ini terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah Program Bantuan Pemerintah Non Tunai Kementerian Sosial dan juga bantuan telur bagi warga DKI Jakarta lewat KJP yang dipelopori oleh Pemerintah DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita, mengatakan bahwa dua program bantuan ini menyebabkan pasokan telur dari Sentra Produksi Telur seperti di peternak Blitar ke Jabodetabek yang semula berjumlah 1 rit saat ini bisa menjadi 3 hingga 4 rit.
“Itu baru dari satu peternak saja,” katanya kepada kumparan, Senin (16/7).
Selain itu juga, bagusnya harga daging ayam pada saat Lebaran membuat banyak peternak melakukan afkir dini (pemotongan) ayam petelur untuk dijual dagingnya.
Pelarangan antibiotics growth promoters (AGP) pada telur ayam dalam negeri juga membuat telur tidak memiliki residu antibiotik. Hal ini membuat harga telur ayam juga menjadi mahal.
“Pengaruh yang cukup signifikan sebenarnya bukan pada pelarangan AGP-nya, tetapi karena peternak sudah banyak melakukan substitusi pengganti untuk pemakaian AGP,” tambah Ketut.
Pedagang Telur di Pasar Jatinegara. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang Telur di Pasar Jatinegara. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Terakhir, Ketut mengatakan adanya libur panjang dan ramainya acara-acara pesta juga turut membuat permintaan terhadap telur meningkat.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi lonjakan harga telur ayam, Kementan akan melakukan penghitungan ulang prognosa kebutuhan telur dan daging ayam. Selain itu juga mengkaji kembali harga acuan telur dan ayam ras tingkat produsen dan konsumen.
“Sesuai hasil rapat dengan kalangan integrator hari ini, Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Janu Ratmoko akan mengupayakan harga segera stabil dalam minggu ini,” tutup Ketut.