Mengenal Obligasi Negara

Konten dari Pengguna
23 Oktober 2021 20:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmad Joko Lusiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
unsplash.com/ibrahimboran
zoom-in-whitePerbesar
unsplash.com/ibrahimboran
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Obligasi adalah surat utang, dalam artian jika pemerintah akan menawarkan obligasi itu berarti pemerintah akan berhutang ke masyarakat. Kenapa pemerintah berhutang? Jadi, seringkali pendapatan negara dari pajak, non-pajak, maupun hibah itu tidak mencukupi kebutuhan belanja negara. Saat itu terjadi negara bisa menghimpun kekurangan dana tersebut dari masyarakat dengan cara menawarkan surat utang atau obligasi. Masyarakat yang dimaksud tidak hanya perseorangan tetapi juga dapat berupa institusi. Jadi, pihak-pihak yang dapat membeli obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah masyarakat perseorangan dan juga perusahaan-perusahaan. Seperti perusahaan aset manajemen sampai perusahaan asuransi. Umumnya pemerintah menawarkan obligasi beberapa kali dalam satu tahun. Ketika kita membeli obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, kita akan diberikan kepastian terkait jatuh tempo atau dalam kata lain kapan pemerintah akan membayarkan utangnya dan berapa imbal hasil dari obligasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Masa jatuh tempo ini berbeda-beda tiap obligasinya mulai dari beberapa tahun sampai puluhan tahun. Imbal hasil yang ditawarkan juga berbeda tergantung masa jatuh tempo dan suku bunga bank Indonesia saat obligasi itu dikeluarkan ke masyarakat. Umumnya imbal hasil yang bisa diterima oleh investor sekitar 4%-8% per tahun. Misalnya, bulan oktober ini pemerintah menerbitkan ORI dengan kupon 4,95% per tahun dan jatuh tempo 3 tahun di tanggal 15 oktober 2024.
Pihak yang dapat menerbitkan obligasi tidak hanya pemerintah, perusahaan juga bisa menerbitkan obligasi. Itu berarti pemerintah dan perusahaan sama-sama bisa berhutan ke masyarakat. Misalkan ada perusahaan yang sedang membutuhkan uang sekian miliar untuk pengembangan bisnisnya. Nah, salah satu pilihan pendanaan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengeluarkan obligasi.
ADVERTISEMENT
Seluk Beluk Surat Berharga Negara (SBN)
Setidaknya ada 4 jenis SBN yang biasanya diterbitkan oleh pemerintah yaitu: Saving Bond Ritel (SBR), Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Tabungan (ST), dan Sukuk Ritel (SR).
SBN sendiri ada dua jenis yaitu: konvensional dan syariah. SBR dan ORI ada di kategori konvensional. Sementara ST dan SR ada di kategori syariah. Singkatnya, ST dan SR dikelola dengan prinsip-prinsip syariah.
SBN ada yang bisa dijual ke investor lain dan ada yang tidak. SBR dan ST tidak bisa diperjualbelikan ke investor lain melalui pasar sekunder, sedangkan ORI dan SR itu bisa diperjualbelikan. Apa yang dimaksud dapat diperjualbelikan? Jadi, jika kamu membeli SBR dan ST maka kamu harus memegang SBR dan ST sampai masa jatuh tempo dan tidak bisa dicairkan sewaktu-waktu. Tetapi tenang, biasanya SBR dan ST ada masa early redemption, yaitu pengajuan pencairan sebelum jatuh tempo dengan maksimal 50% dari total kepemilikan. Sementara ORI dan SR bisa dipindahtangankan ke investor lain melalui pasar sekunder. Jadi, jika tiba-tiba kamu membutuhkan uang dan ingin menjual ORI atau SR kamu bisa menjualnya saja. Caranya dengan menghubungi agen penjual tempat kamu membeli ORI atau SR tersebut.
ADVERTISEMENT

Imbal Hasil

Imbal hasil SBN ada 2 yaitu: fixed rate dan floating rate. Fixed rate berarti persentase imbal hasilnya tetap dari awal ditawarkan sampai akhir periode. Sementara yang dimaksud dengan floating rate adalah imbal hasilnya berfluktuasi menyesuaikan dengan suku bunga Bank Indonesia (BI). Jika suku bunga naik, maka persentase imbal hasilnya akan naik juga. Lalu, jika suku bunga nya turun banyak apa imbal hasilnya akan turun banyak juga? Tenang saja, obligasi dengan floating rate itu sudah ada batas bawah imbal hasilnya. Jadi, walaupun suku bunganya turun sangat banyak, imbal hasil yang kamu dapatkan adalah batas bawah imbal hasil tersebut. Nah, SBR dan ST menggunakan floating rate, sementara ORI dan SR menggunakan fixed rate.
ADVERTISEMENT
Jadi, jika kamu membeli SBR dan ST, kamu bisa mendapatkan keuntungan tambahan ketika suku bunga BI naik. Karena rate imbal hasilnya berpotensi untuk naik juga. Sementara jika kamu membeli ORI dan SR kamu bisa mendapatkan keuntungan tambahan ketika suku bunga BI turun. Karena harga SBN cenderung naik di pasar sekunder ketika suku bunga turun. Jadi, kamu bisa mendapatkan keuntungan tambahan tersebut jika kamu menjual ORI atau SR yang sudah kamu miliki di pasar sekunder saat harganya sedang naik.

Di Mana Kita Bisa Membeli SBN?

Kamu bisa membeli SBN dengan dua cara; pertama membeli saat masa penawaran. Nah, kamu bisa membeli 4 jenis SBN yang sudah dijelaskan di atas saat masa penawaran. Tanggal masa penawaran itu sudah ditentukan dan jika kamu ingin membelinya saat masa penawaran kamu harus mencari info secara mandiri tentang SBN apa yang sedang ditawarkan dan kapan masa penawarannya. Jika masa penawarannya sudah lewat, berarti sudah tidak bisa dibeli lagi. Di tahun ini Kementrian Keuangan merencanakan penawaran 6 SBN. Dari 6 rencana yang ditawarkan 5 di antaranya sudah rilis dan berakhir masa penawarannya. Sisa yang belum ditawarkan adalah ST-008 yang akan dirilis di bulan November 2021.
ADVERTISEMENT
Untuk tempat membelinya bisa dilakukan di mitra distribusi atau agen penjual yang bersangkutan. Mitra distribusinya seperti bank, sekuritas, ataupun fintech seperti bareksa, investree, fundtastic, dan lain-lain. Untuk tahu apa saja mitra distribusinya kamu bisa langsung cek laman kemenkeu.go.id.
Kedua, membeli di pasar sekunder. Jika di masa penawaran kita bisa membeli SBR, ST,ORI, dan SR. Lain halnya di pasar sekunder, kita hanya bisa membeli ORI dan SR saja, karena SBR dan ST tidak diperjualbelikan di pasar sekunder. Untuk membeli maupun menjual ORI dan SR di pasar sekunder bisa dengan cara menghubungi mitra distibusi yang bersangkutan.
sumber: disarikan dari YouTube ngomongin uang dengan perubahan seperlunya.